Kamis, 21 Maret 2013

LINGKUNGAN HIDUP


MAKALAH

INTERAKSI LINGKUNGAN DENGAN KEPENDUDUKAN


Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup
Dosen Pengampu : Sri Agustin, M. Si

UNY.jpg
                                                                                              
Disusun oleh :
Reni Dwi Kurniawati              (08413244014)
Sri Hartutik                             (08413244023)
Heru Susanto                          (08413244027)
Novi Susanti                           (08413244031)
Febri Rahmayanti                    (08413244050)




JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2009
A.    Latar Belakang
Antara kependudukan dan lingkungan hidup dapat di bedakan, namun tak dapat dipisahkan karena keduanya saling mempengaruhi dan saling bergantungan bila diamati dari segi eksistensinya. Penduduk ingin survive (bertahan hidup) dan unsur – unsur lingkungan juga terus dapat memberikan peranan dan fungsinya dalam ruang permukaan bumi sebagai suatu ekosistem. Lingkungan hidup adalah suatu konsep holistik yang berwujud di bumi ini dalam bentuk, susunan, dan fungsi interaktif antara semua yang ada baik yang insani (biotik) maupun yang ragawi (abiotik). Keduanya saling mempengaruhi dan menentukan, baik bentuk dan perwujudan bumi di mana berlangsungnya kehidupan karena lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, oleh karena itu yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia.

B.     Rumusan Masalah
1)      Apa hubungan manusia dengan lingkungan hidup?
2)      Apa saja penyebab timbulnya masalah lingkungan hidup?
3)      Apa pengertian sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui dan yang tidak bisa diperbaharui?
4)      Bagaimana memanfaatkan sumber daya alam?
5)      Usaha – usaha apa saja untuk mewujudkan lingkungan hidup yang baik?
6)      Apa pengertian dari pendidikan lingkungan hidup itu?

C.    Pembahasan
a)      Manusia Dengan Ekosistem (Lingkungan Hidup)
Antara makhluk hidup (manusia) dan lingkungan fisik terdapat interaksi, saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Terutama pada manusia sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan hidup, menurut sejarah manusia telah menunjukan bahwa manusia selalu berusaha meningkatkan dan menyempurnakan kesejahteraan hidupnya. Untuk melangsungkan keturunannya dari hidup sederhana, dalam kehidupan menetap manusia telah dapat mengenal lingkungan hidupnya. Setelah mengenal lingkungan hidupnya manusia membentuk pemukiman – pemukiman penduduk untuk tempat tinggal mereka. Faktor lingkungan biotik maupun yang abiotik selalu mengalami perubahan, perubahan ini dapat terjadi secara tiba – tiba ataupun pelahan – lahan dan perubahan - perubahan ini menimbulkan akibat baik yang positif maupun yang negative juga. Mula – mula perubahan itu dalam lingkungan yang kecil saja dan pengaruhnya juga sangat terbatas, seperti pada saat zaman Neolitikum nenek moyang kita dari berburu kemudian menjadi memelihara hewan buruannyan dan kemudian bertempat tinggal menetap. Masalah lingkungan hidup akan timbul jika terdapat :
Ø  Adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan manusia dengan produksi sumber daya lingkungannya.
Ø  Pertumbuhan penduduk yang cepat.
Ø  Pola mental dan perilaku yang tidak bertanggung jawab.
Ø  Pertumbuhan ekonomi tidak berkelanjutan.
Ø  Kurang berpartisipasi aktif dalam mengelola lingkungan hidup.
Ø  Tingkat pendidikan yang masih kurang.
Setiap makhluk hidup menginginkan agar tempat hidupnya memberikan keamanan dan menyenakngkan semua demi kelangsungan hidup bagi individu itu dan bagi jenisnya. Suatu ekosistem mempunyai stabilitas tertentu, semakin besar keanekaragaman ekosistem maka makin besar pula stabilitasnya. Lingkungan hidup dapat memenuhi syarat kehidupan bagi para penghuninya bila situasi dan kondisi lingkungan hidup itu dapat disesuaikan dengan kebutuhan minimal dari para penghuninya, suasana yang indah dan tenang adalah hal yang didambakan oleh setiap manusia tetapi semua itu sangat sulit dilakukan karena apabila penduduk dari daerah itu telah mencemari lingkungan hidup itu, sehingga kesadaran dan pengertian tentang lingkungan hidup harus dijalankan dengan teratur.
b)     Manusia Dalam Penggunaan Sumber Daya Alam
Sumber alam adalah semua kekayaan alam baik yang berupa benda mati maupun makhluk hidup yang ada pada suatu tempat dan dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk memenuhi keperluan atau kebutuahan manusia. Sumber daya alam dibedakan menajdi 2 yaitu :
ü  Sumber daya alam yang dapat diperbaharui yang biasa disebut dengan sumber daya biotik, misalnya hutan, hewan, dan tumbuh – tumbuhan. Sumber daya alam biotik mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri atau bertambah banyak karena dapat diperbaharui oleh manusia.
ü  Sumber daya alam yang tidak dapat diperbahrui atau yang sering disebut dengan sumber daya alam abiotik, misalnya tanah, air, matahari, batu bara, dan minyak bumi. Sedangkan sumber daya alam abiotik kebalikannya karena tidak dapat diperbaharui karena akan habis bilai dipakai, sebenarnya bisa diperbaharui tapi dengan jangka waktu yang cukup lama atau lambat.
Oleh karena itu dalam pengelolaan sumber daya alam  baik yang bisa diperbaharui maupun yang tidak bisa diperbaharui haruslah bijaksana dalam memanfaatkan itu semua, adapun cara – cara dalam menggunakan sumber daya tersebut yaitu :
v  Selektif, artinya penggunaan sumber daya alam itu dipilih dan diusahakan benar – benar untuk kepentingan yang tepat.
v  Dihindarkan pemborosan, artinya diperhitungkan efisiensi dalam penggunaannya agar terpelihara kelestarian sumber daya alam tersebut.
v  Diusahakan kegiatan pembaharuan – pembaharuan bagi sumber daya alam biotik dalam rangka pengawetan.
v  Mengusahakan agar tidak terjadi pencemaran dari sumber – sumber alam supaya dapat digunakan untuk kesejahteraan hidup manusia.
v  Menggunakan teknologi tepat guna dalam menggali dan mengolah sehingga terjadi kelestarian sumber daya alam.
Seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin besar dan banyak maka semakin besar dan banyak pula pemakaian sumber daya alam yang ada, dan ini dikhawatirkan sumber daya alam tidak mampu lagi menyediakan kekayaan alam untuk kesejahteraan hidup manusia. Dan ini bisa berdampak pada terganggunya ekosistem atau lingkungan hidup, terganggunya ekosistem ini salah satunya disebabkan oleh penggunaan teknologi baru yang malah merusak lingkungan seperti yang terjadi pada lumpur Sidoarjo Jawa Timur. Dimana itu disebabkan oleh kesalahan teknis dari teknologi dalam melakukan pengeboran dan mengakibatkan  keluarnya lumpur dari dalam perut bumi yang sangat banyak, bahkan sudah memakan korban banyak warga yang kehilangan rumah karena pemukiman atau desa mereka tergenang oleh lumpur tersebut secara tidak langsung juga mengganggu ekosistem atau lingkungan hidup disekitarnya.
Akibat kerusakan lingkungan hidup maka menimbulkan kemiskinan manusia karena banyak manusia yang kehilangan pekerjaannya seperti yang terjadi di Sidoarjo Jawa Timur. Perusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan yang langsung atau tidak langasung terhadap sifat – sifat fisik atau hayati lingkungan yang mengakibatkan lingkungan kurang atau tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Kerusakan lingkungan bisa bersifat setempat, regional, bahkan global dan dari segi waktu kerusakan itu dapat berlangsung seketika, temporer, atau dalam waktu yang panjang bahkan kerusakan itu bisa bersifat permanen secara genetika yaitu cacat tubuh turun temurun dari generasi ke generasi sebagai akibat dari penggunaan pestisida. Pola hidup masyarakat yang tidak dilandasi pemahaman lingkungan akan semakin memperburuk pola penataan lingkungan hidup yang tertib dan sehat. Begitu pula dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah juga akan mempengaruhi tingkah laku penduduk dalam mengelola lingkungan hidupnya. Oleh karena itu kita harus berusaha mewujudkan :
Ø  Penggunaan lingkungan hidup yang bertanggung jawab bagi kelangsungan hidup genersi mendatang.
Ø  Lingkungan hidup yang bermafaat, berproduksi dan sehat dipandang dari segi kehidupan yang bermoral.
Ø  Lingkungan hidup yang menjamin keamanan dan kesehatan bagi kehidupan manusia.
Ø  Lingkungan hidup yang tetap menunjukan kekhususannya dan kebesaran bangsa yang berbudaya.
Ø  Lingkungan hidup yang merupakan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung sumber alam yang potensial untuk peningkatan kehidupan yang baik.
Untuk mewujudkan semua ini diperlukan lembaga pendidikan sebagai pembina sikap mental dan perilaku penduduk yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Oleh karena itu pendidikan lingkungan hidup diadakan, pendidikan lingkungan hidup itu sendiri adalah program pendidikan yang membina sikap peserta didik agar mampu berkomunikasi dan memiliki kesadaran tentang lingkungan hidup yang bertanggung jawab.

D.    Kesimpulan
Oleh karena itu dalam menciptakan kondisi lingkungan hidup antara manusia dengan lingkungannya dengan keadaan selaras, serasi, dan seimbang karena faktor manusialah yang sangat penting karena manusia dididik untuk memiliki konsep mental dan perilaku yang bertanggung jawab dan bersedia untuk menciptakan dan membangun lingkungan hidup yang menguntungkan. Seharusnya semua orang sadar akan pentingnya lingkungan hidup, dan penggunaan sumber daya alam harus dilakukan dengan tepat dan efisien. Untuk membentuk manusia yang sadar akan lingkungan hidup maka dibentuklah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan tentang lingkungan hidup, dan menumbuhkan sikap dan mental untuk bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Maskoeri Jasin. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT Raja Grafido Persada, 1999
Muhsinatun Siasah Masruri, dkk. Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup.
Yogyakarta : UPT MKU Universitas Negeri Yogyakarta, 2002

LAPORAN KKL


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
             Masyarakat merupakan keseluruhan yang kompleks hubungan manusia,baik hubungan indivudu dengan indivudu,individu dengan kelompok,dan kelompok dengan kelompok.Hubungan manusia dalam masyarakat sangat luas sifatnya.Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah struktur dan proses sosial,yang mana dalam struktur dan proses sosial terdapat empat unsur-unsur pokok,yaitu: (1) kelompok-kelompok sosial, (2) lembaga lembaga (pranata-pranata)sosial, (3) norma-norma sosial, dan (4) lapisan-lapisan sosial.
            Dan proses sosial merupakan cara yang digunakan dalam masyarakat untuk berhubungan dengan yang lain dimana dalam proses sosial ini terjadi pengaruh timbale balik antara segi kehidupan ekonomi dan segi kehidupan politik. Segi kehidupan politk dengan segi kehidupan hukum segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan ekonomi dan lain sebagainya. Dalam masyarakat panjang baru juga terdapat bentuk kerjasama yang disebut dengan gotong – royong dalam bentuk aktivitas tolong menolong antar nelayan untuk menangkap ikan dan dalam acara upacara tahunan yang dilaksanakan pada bulan agustus, yakni dalam acara sadranan.



 A.Rumusan Masalah
1)      Bagaimanakah struktur dan proses social yang ada di masyarakat kampung  
2)      Bagaimanakah struktur dan proses social mempengaruhi sistem dan hubungan antara masyarakat kampung nelayan?
3)      Bagaimana  struktur dan proses social mempengaruhi interaksi masyarakat kampung nelayan Panjang Baru dengan masyarakat luar?

B.     Tujuan Penelitian
a)      Mengetahui bentuk struktur dan proses social yang terjadi dan ada dalam masyarakat kampung nelayan Panjang Baru.
b)      Mengetahui sejauh mana struktur dan proses social yang terjadi pada masyarakat kampung nelayan Panjang Baru.
c)      Mengetahui pengaruh bentuk struktur dan proses social terhadap interaksi antara masyarakat kampung nelayan Panjang Baru dengan warga di luar kampung nelayan Panjang Baru.





BAB II
KAJIAN TEORI
1)      Konsep Masyarakat
Dalam pengertian sosiologi, masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu semata-mata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia bersama. Masyarakat merupakan suatu system yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya.  Maka dapat dikatakan masyarakat adalah suatu system yang terwujud dari kehidupan bersama manusia. Emile Durkheim menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
2)      Konsep Struktur dan Proses Sosial
1. Struktur Sosial
Struktur social adalah jalinan antara unsur-unsur social yang pokok yaitu kaedah-kaedah atau norma-norma social, lembaga-lembaga social, kelompok-kelompok social serta lapisan-lapisan social. Raymond Firth, menyatakan bahwa struktur social suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga yang didalamnya terdapat banyak orang yang terlibat.[1]
·         Norma-norma Sosial
Norma merupakan pedoman atau patokan perilakuyang bersumber dari nilai-nilai, dimana pedoman dari perihal perilaku berdasarkan konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat. Norma merupakan perwujudan konkret dari nilai. Menurut Berry, unsur pokok dari suatu norma adalah tekanan sosial terhadap anggota-anggota masyarakat untuk menjalankan norma-norma tersebut.
·         Lembaga Sosial / Pranata Sosial
Soerjono Suekanto menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial adalah himpunan dari norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam masyarakat.[2] Institusi bukan saja persetujuan dari pola-pola aktivitas untuk memenuhi kebutuhan manusia akan tetapi merupakan pola-pola yang berhubungan dengan asosiasi untuk menjalankannya.
Terdapat 6 lembaga sosial yang ada di masyarakat yaitu Lembaga agama, Lembaga pendidikan, Lembaga Ekonomi, Lembaga politik, Lembaga hukum, Lembaga keluarga.
·         Kelompok Sosial
Kelompok social merupakan salah satu perwujudan dari pergaulan hidup atau kehidupan bersama. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosialyang tiadak dapat hidup tanpa manusia lain. Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah makhluk zoon politicon yaitu manusia adalah manusia karena ketergantungannya.[3]
Bouman juga menyatakan bahwa manusia baru menjadi manusia setelah manusia hidup dengan manusia lainnya.
·         Sratifikasi Sosial
Stratifikasi social merupakan gejala umum yang dalam setiap masyarakat. Oleh karena itu betapun sederhananya maupun kompleksnya suatu masyarakat, stratifikasi tetap akan dijumpai.
Stratifikasi sosial  berarti pembedaan yang diberikan pada mayarakat kedalam hierarki kelas. Bahwa sistem pelapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup dengan teratur.(Pitirim A. Sorokin 1984:95)
Secara umum starifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat dalam kelas-kelas secara vertical, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan dalam masyarakat dari yang tingkat tinggi ketingkatan yang rendah
2.      Proses Sosial
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Interaksi social mengandung makna tentang kontak secara timbal balik atau inter-stimulasi dan respon antara individu-individu, individu-kelompok, kelompok-kelompok. Adapun bentuk dari interaksi itu sendiri adalah kerjasama, pertikaian, persaingan, akomodasi. Dan Soerjono Soekanto menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua bentuk umum dan khusus dalam interaksi sosial yaitu :
·          Bentuk  umum Assosiatif
·         Bentuk umum Dissosiatif
 Menurut Kimbal Young interaksi sosial dapat berlangsung antara:
Ø  Orang –perorangan dengan kelompok atau kelompok dengan orang-perorangan
Ø  Kelompok dengan kelompok
Ø  Orang-perorangan















BAB III
PEMBAHASAN
A.    Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan materiil dari pada kehormatan, misalnya, mereka yang lebih banyak mempunyai kekayaan materiil akan menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lain. Gejala tesebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertical. Dalam stratifikasi sosial ada ukuran atau kriteria yang biasa dipakai dalam menggolongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan dan diantaranya adalah; kekayaan, kekuasaan, kehormatan, ilmu pengetahuan.
Dan tentunya hal ini yang akan di bahas dalam stratifikasi sosial pada masyarakat perkampunan nelayan. Kelurahan panjang baru, disini mayoritas penduduk adalah buruh nelayan dan serabutan,sedangkan untuk pegawai dan majikan sedikit jumlahnya. Pelapisan sosial pada masyarakat nelayan ini tergolong pada tingkat ketiga, pada lapisan pertama di duduki oleh para majikan, majikan terdiri dari para pemilik perahu, dan pada lapisan kedua ditempati oleh para pegawai negeri atau para perangkat desa maupun tokoh-tokoh penting, sementara lapisan ketiga ditempati oleh para nelayan.
Nelayan menempati lapisan ketiga dalam stratifikasi sosial karena dipandang dari tingkat ekonomi dimana para keluarga nelayan hidup dengan rendahnya perekonomian mereka. Sebagai buruh nelayan mereka pun hanya mendapatkan upah yang kecil,yang penghasilan itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Nelayan juga menempati lapisan ketiga dalam hal pendidikan,karena pendidikan di masyarakat panjang baru masih rendah. Terjadinya pelapisan masyarakat ini terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Sifat pelapisan sosial pada masyarakat panjang baru adalah stratifikasi terbuka karena mereka dapat berpindah kedudukan sesuai dengan apa yang mereka inginkan selama mereka mampu untuk berpindah lapisan. Namun pada kenyataannya masyarakat panjang baru  tetap mengalami kesulitan  dalam perpindah lapisan dari bawah ke atas ini disebabkan karena rendahnya tingkat perekonomian mereka sehingga mereka pun sulit untuk berpindah lapisan.
B.     Mobilitas Sosial
Pada kampung Panjang Baru banyak masyarakat yang berprofesi berbeda – beda dan ini sangat memungkinkan terjadinya mobilitas sosial baik itu mobilitas vertikal maupun mobilitas horizontal pada masyarakat Panjang Baru. Dan ini terbukti seperti pada keluarga bapak Raseta yang mana bapak Raseta merupakan lulusan STM dan berprofesi sebagai nelayan sedangkan kedua anaknya yang hanya lulusan SD dan berprofesi sebagai buruh pemotong ikan, ini mencerminkan terjadinya mobilitas vertikal turun intergenerasi yang mana dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan yang tidak sederajat. Dalam mobilitas vertikal turun mempunyai 2 bentuk utama :
1)      Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.
2)      Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.[4]
Pada kampung Panjang Baru juga terjadi mobilitas horizontal yang mana mobilitas horizontal itu terjadi apabila seorang individu atau obyek sosial lainnya berpindah dari satu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial lainnya yang sederajat dan juga bisa berupa perpindahan penduduk, dan ini terjadi pada kampung nelayan yang mana terjadi pemekaran wilayah yang mana wilayah tersebut dibagi menjadi dua yaitu kampung nelayan Panjang Baru dan kampung Panjang Wetan.
C.    Norma – Norma Sosial
Konsep tentang norma – norma sosial yang merupakan pedoman atau patokan perilaku itu bersumber dari nilai – nilai. Menurut Emile Durkheim bahwa norma – norma sosial itu adalah sesuatu yang berada diluar individu. Membatasi mereka dan mengendalikan tingkah laku mereka.[5] Dalam setiap masyarakat pasti terdapat norma – norma sosial didalamnya begitu juga pada masyarakat Panjang Baru, yang mana terbentuknya norma – norma sosial pada masyarakat Panjang Baru melalui tahap – tahap yaitu norma tersebut diketahui, dipahami, ditaati, dan dihargai.
Dalam mensosialisasikan norma – norma tersebut dengan cara setiap ketua Rt masing – masing wilayah mengumumkan pada warganya, selain itu ada juga dengan cara memakai undangan yaitu ketua Rt mengundang setiap kepala keluarga untuk hadir pada saat pensosialisasikan norma – norma sosial yang bertempat baik di Balai Desa, atau tempat – tempat yang dianggap strategis. Norma – norma sosial pada masyarakat Panjang Baru dibentuk oleh masing – masing wilayah baik dari tingkat Rt sampai Rw berdasarkan apa yang menjadi kebutuhan para warga. Dan proses pembuatan norma – norma sosial pada masyarkat Panjang Baru berdasarkan musyawarah tingakat Rt maupun Rw dan tingkat kelurahan tidak berwenang penuh dalam proses pembuatan norma – norma tersebut akan tetapi hanya memantau saja.
D.    Institusi / Pranata Sosial
Istilah pranata sosial atau institusi sosial menunjuk pada adanya unsur – unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Dalam hal ini koentjaranigrat mengatakan pranta sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktifitas – aktifitas untuk memenuhi kompleks – kompleks kebutuhan kusus dalam kehidupan masyarakat. Definisi diatas lebih menekankan pada sistem tata kelakuan untuk memenuhi kebutuhan, seperti pada masyarakat Panjang Baru dalam memenuhi kebutuahan – kebutuahan yang kompleks maka dalam msayarakat Panjang Baru terbentuklah beberapa pranata – pranata yang terdiri dari pranata keluarga, pranata agama, pranata pendidikan, pranata politik, serta pranata ekonomi.
Ø  Pranata Keluarga
Pada kampung nelayan khususnya masyarakat Panjang Baru keluarga – keluarga yang ada disana kebanyakan masih berasal dari daerah – daerah yang berbeda – beda. Hal ini dikarenakan banyaknya nelayan – nelayan yang berasal dari daerah lain yang bersinggah di kampung Panjang Baru baik untuk istirahat ataupun menjual hasil tangkapan ikan mereka, sehingga secara tidak langsung para nelayan – nelayan itu berinteraksi langsung dengan warga asli masyarakat Panjang Baru. Dan hal itulah yang menjadikan terjadinya perinkahan antara penduduk pendatang dengan penduduk asli masyarkat Panjang Baru sehingga terbentuklah sebuah keluarga.
Dalam pembentukan keluarga pada masyarakat Panjang Baru terdapat pola – pola yang menjadi dasar pembentukan keluarga, adapun pola – pola tersebut :
a.       Pola Pelamaran
Dalam proses pelamaran pada masyarkat Panjang Baru, baik pada proses pelamaran pada masyarkat Panjang Baru itu sendiri ataupun pada masyarakat luar. Proses  pelamaran tersebut masih sama dengan tradisi pelamaran yang ada di Jawa Tengah, yang mana pada proses pelamaran tersebut ada tahap – tahap tertentu yaitu
v  Pihak laki – laki datang kerumah pihak perempuan untuk melakukan pelamaran dengan didampingi oleh orang tua atau wali.
v  Menentukan hari baik untuk dilaksanakan pernikahan yang dilakukan oleh orang tua dari pihak laki – laki dan pihak perempuan.
b.      Pola Perkawinan
Pada masyarakat Panjang Baru pola perkawinan yang dilakukan masih menyesuaikan dengan adat asli masyarakat Panjang Baru walaupun antara pihak laki – laki dan pihak perempuan berasal dari daerah yang berbeda – beda. Seperti yang terjadi pada keluarga ibu Daryani yang berasal dari Wiradesa Pekalongan dan suaminya yang bernama bapak Raseta yang asli penduduk Panjang Baru, walaupun mereka berbeda daerah pola perkawinan yang digunakan yaitu dengan adat Jawa Tengah.
c.       Pola Sistem Kekerabatan
Pola kekerabatan yang digunakan pada masyarakat Panjang Baru rata – rata masih menggunakan sistem kekerabatan bilateral yaitu menarik garis keturunan dari ayah maupun dari garis keturunan ibu. Dalam menentukan tempat tinggalnya biasanya kalau belum punya rumah sendiri maka mereka masih tetap tinggal dirumah mertua atau tinggal dirumah istrinya bersama kedua orang tua si istri atau sebaliknya tinggal dirumah suami bersama kedua orang tua si suami.
d.      Pola Pemeliharan Anak
Pada masyarakat Panjang Baru pola pemeliharaan anak rata – rata masih langsung ditangani oleh kedua orang tuanya. Terutama oleh ibunya, apabila suami istri sibuk bekerja anak mereka dititpkan pada neneknya atau orang tua dari suami atau istri.
Ø  Pranata Agama
Pranata agama pada masyarkat Panjang Baru mayoritas merupakan penganut agama islam yang taat, selain agama islam di masyrakat Panjang Baru ada juga yang beragama Kristen, dan agama Hindu. Hal itu terbukti dengan didirikannya tempat ibadah disekitarnya, seperti masjid, gereja, dan pura – pura. Keanekaragaman agama tersebut disebabkan oleh banyaknya nelayan - nelayan pendatang yang masuk dan tinggal menetap diperkampungan Panjang Baru. Pada masyrakat Panjang Baru juga masih percaya pada mitos – mitos yang masih ada sangkut pautnya dengan laut, hal ini terbukti dengan diadakannya sedakah laut atau pada masyarakat Panjang baru disebut Sadranan Nelayan yang menurut tradisi Jawa dilakukan pada bulan Syuro akan tetapi pada masyarakat Panjang Baru dilaksanakan pada bulan Agustus karena pada bulan tersebut cuacanya baik dan masyarakat pada umumnya yang mempunyai perahu – perahu kecilpun ikut turut serta dalam acara Sadranan ini karena dalam bulan ini dapat dikatakan oleh para nelayan yang ada pada masyarakat panjang baru ini menganggap sadranan ini adalah acara yang paling ditunggu – tunggu ssetiap tahunnya sebagai wujud tanda terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana telah melimpahkan segala hasil laut yang melimpah.
Ø  Pranata pendidikan
Dalam masyarakat panjang baru kurang memperhatikan masalah pedidikan. Bahkan dapat dikatakan sangat memprihatinkan. Karena berbagai banyak faktor yang melatarbelakangi diantaranya adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya arti pendidikan. Selain itu faktor biaya yang kurang untuk membayar sekolah. Meskipun ada juga yang mempunyai pikiran bahwa anak – anaknya sebenarnya ingin disekolahkan kejenjang yang lebih tinggi namun pada kenyataanya sangat bertolak belakang dan sangat jauh dari jangkauan. Pada masyarakat Panjang Baru ini yang mengenyam pendidikanpun dapat dihitung. Rata – rata pendidikan SMP adalah pendidikan yang paling tinggi pada masyaraakat Panjang Baru ini. Jika dalam kampung Panjang Baru ini ada yang berbahasa inggris dan lain sebagainya, itu adalah orang – orang pendatang dari bebagai daerah yang juga hidup menetap pada kampung Panjang Baru ini. Meskipun disekitar daerah panjang baru ini ada juga sebuah perguruan tinggi namun pada kenyataannya orang – orang yang ada pada kampung Panjang Baru ini tetap kebanyakan memilih untuk menjadi nelayan dan buruh kerja di pasar ikan karena menurut mereka pekerjaan ini bisa membuat mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari – hari dari pada harus susah – susah bersekolah toh pada akhirnya tetap tidak bisa untuk melanjutkan sekolah karena faktor biaya. Memang kemiskinan merupakan menjadi salah satu faktor yang menghambat perkembangan pendidikan.
Ø  Pranata politik
Pada masyarakat Panjang Baru ini pembagian dalam pemerintahan sudah sangat baik mulai dari yang keci sampai yang paling atas, pada kampung Panjang Baru setiap wilayah desa dan khususnya kampung – kampung ini mempunyai ketua Rt dan Rw. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan desa – desa yang ada pada masyarakat biasa. Biasanya ketua Rt dalam desa ini berkewajiban menyampaikan informasi – informasi dari atas dan dapat sangat berperan penting untuk mengkondisikan orang – orang yang ada pada daerah sekitar. Suatu keadaan ini sudah menjadi kesepakatan bersama mulai dari ketua sampai pada masyarakat sekitar.
Ø  Pranata ekonomi
Pada masyarakat panjang baru ini mayoritas pekerjaan yang mereka jalani yakni sebagai nelayan akan tetapi ada juga yang berprofesi sebagai tukang becak, pedagang, dan juga ada yang menjabat sebagai aparat desa atau pegawai negeri. Masyarakat Panjang Baru ini kebanyakan masih sangat sederhana, dilihat dari sisi perekonomian, masyarakat panjang baru ini sangat bergantung pada hasil – hasil dari tangkapan ikan. Sarana untuk pendukung itu juga sudah memadai seperti dibangunya Tempat Pelelangan Ikan ( TPI ) yang mana tempat itu juga menyerap tenaga kerja yang cukup banyak serta dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
E.     Kelompok – Kelompok  Sosial
Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri,namun pada proses kehidupan selanjutnya manusia membutuhkan manusia lain disekelilingnya. Dengan begitu manusia harus melakukan hubungan agar tercipta suatu pergaulan hidup. Maka dari itu kelompok sosial merupakan salah satu perwujudan dari pergaulan hidup atau hidup bersama. Pada penelitian dimasyarakat panjang baru kelompok-kelompok sosial yang ada disana,misalnya kelompok PKK, yang mana kelompok tersebut terdiri dari ibu-ibu.Selain kelompok itu ada juga kelompok Yasinan / Tahlilan,baik oleh ibu-ibu atau bapak - bapak yang sering dilaksanakan tiap malam Jum’at. Di masyarakat panjang baru terdapat organisasi yang sengaja dibentuk oleh masyarakat nelayan yaitu kerukunan nelayan, organisasi ini bertujuan menjaga kerukunan antar nelayan.
F.     Interaksi Sosial
Interaksi Sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Demikian juga yang terjadi di masyarakat panjang baru di daerah Pekalongan interaksi sosial disana berjalan dengan baik, baik itu interaksi antara masyarakat panjang baru itu sendiri maupun dengan masyarakat luar panjang baru. Dalam hal interaksi sosial dimasyarakat panjang baru ada kalanya  antara individu dengan kelompok atau sebaliknya, kelompok dengan kelompok dalam hal ini adalah kelompok nelayan,serta orang  perorangan. Hal diatas merupakan syarat berlangsungnya interaksi sosial sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Kimbal Young, bahwa interaksi sosial dapat berlangsung antara: (1) orang-perorangan dengan kelompok atau kelompok dengan perorangan, (2) kelompok dengan kelompok, dan (3) orang-perorangan.




BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang bagaimana proses dan struktur sosial yang ada pada masyarakat panjang baru, seperti pada masyarakat jawa pada umumnya. Yang mana struktur dan proses sosialnya berjalan dengan lancar tidak ada penyimpangan didalamnya.
B.     SARAN
Kami selaku penyusun laporan kkl merasa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan, sehingga kami selaku penyusun laporan ini sangat mengharapkan saran dan kritik yang bisa membangun dalam penyusunan laporan kkl yang lain dan selanjutnya.







LAMPIRAN
Gambar 1 : Tampak dosen pembimbing, Bapak Grendy Hendrastomo, M.M (paling kiri) dan Ibu Puji Lestari, M.Hum (paling kanan), sedang mendampingi para Mahasiswa yang sedang berinterview dengan Kepala Kelurahan Kampung Panjang Baru dan warga setempat.
Gambar 2 : Tampak Ibu Puji Lestari, M.Hum selaku Ketua Tim KKL I Pendidikan Sosiologi 2008 memberikan kenang-kenangan kepada Kepala Kelurahan Kampung Panjang Baru.

Gambar 3 : Tampak para dosen pembimbing dan nara sumber sedang menanggapi pertanyaan – pertanyaan dari para mahasiswa sosiologi.

Gambar 4 : Tampak sebuah masjid yang sedang tahap pembangunan di desa Panjang Baru.


Gambar 5 : Sebagian besar masyarakat panjang baru mempunyai tingkat ekonomi menengah kebawah, dan terlihat juga bentuk rumah yang kurang teratur dan sangat sederhana sekali.


[1] Raymond Firth. dan kawan – kawan. 1960. Ciri – ciri dan Alam Hidup Manusia. Sinar Bandung. Hal 108
[2] Soerjono Soekanto. 1984. Op Cit. Hal 192
[3] Soerjono soekanto. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Glalia. Jakarta. Hal 55
[4] Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengertian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 220
[5] Seloman B Taneko. 1984. Sturuktur dan Proses Sosial. Cv Rajawali. Jakarta. Hal 67