BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masyarakat merupakan keseluruhan yang kompleks
hubungan manusia,baik hubungan indivudu dengan indivudu,individu dengan
kelompok,dan kelompok dengan kelompok.Hubungan manusia dalam masyarakat sangat
luas sifatnya.Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah struktur dan proses
sosial,yang mana dalam struktur dan proses sosial terdapat empat unsur-unsur
pokok,yaitu: (1) kelompok-kelompok sosial, (2) lembaga lembaga
(pranata-pranata)sosial, (3) norma-norma sosial, dan (4) lapisan-lapisan
sosial.
Dan
proses sosial merupakan cara yang digunakan dalam masyarakat untuk berhubungan
dengan yang lain dimana dalam proses sosial ini terjadi pengaruh timbale balik
antara segi kehidupan ekonomi dan segi kehidupan politik. Segi kehidupan politk
dengan segi kehidupan hukum segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan ekonomi
dan lain sebagainya. Dalam masyarakat panjang baru juga terdapat bentuk
kerjasama yang disebut dengan gotong – royong dalam bentuk aktivitas tolong
menolong antar nelayan untuk menangkap ikan dan dalam acara upacara tahunan
yang dilaksanakan pada bulan agustus, yakni dalam acara sadranan.
A.Rumusan Masalah
1)
Bagaimanakah struktur dan proses social yang ada
di masyarakat kampung
2)
Bagaimanakah struktur dan proses social mempengaruhi
sistem dan hubungan antara masyarakat kampung nelayan?
3)
Bagaimana
struktur dan proses social mempengaruhi interaksi masyarakat kampung
nelayan Panjang Baru dengan masyarakat luar?
B.
Tujuan Penelitian
a) Mengetahui bentuk struktur dan proses social yang
terjadi dan ada dalam masyarakat kampung nelayan Panjang Baru.
b) Mengetahui sejauh mana struktur dan proses social
yang terjadi pada masyarakat kampung nelayan Panjang Baru.
c) Mengetahui pengaruh bentuk struktur dan proses
social terhadap interaksi antara masyarakat kampung nelayan Panjang Baru dengan
warga di luar kampung nelayan Panjang Baru.
BAB II
KAJIAN TEORI
1) Konsep Masyarakat
Dalam pengertian sosiologi, masyarakat tidak dipandang sebagai suatu
kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu semata-mata.
Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia bersama.
Masyarakat merupakan suatu system yang terbentuk karena hubungan dari
anggotanya. Maka dapat dikatakan
masyarakat adalah suatu system yang terwujud dari kehidupan bersama manusia. Emile Durkheim menyatakan bahwa
masyarakat merupakan suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari
individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
2) Konsep Struktur dan Proses Sosial
1. Struktur Sosial
Struktur social adalah jalinan antara unsur-unsur social yang pokok yaitu
kaedah-kaedah atau norma-norma social, lembaga-lembaga social,
kelompok-kelompok social serta lapisan-lapisan social. Raymond Firth, menyatakan
bahwa struktur social suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe
kelompok yang terjadi banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga yang
didalamnya terdapat banyak orang yang terlibat.
·
Norma-norma
Sosial
Norma merupakan pedoman atau patokan perilakuyang bersumber dari
nilai-nilai, dimana pedoman dari perihal perilaku berdasarkan konsepsi abstrak
tentang apa yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat. Norma merupakan
perwujudan konkret dari nilai. Menurut Berry,
unsur pokok dari suatu norma adalah tekanan sosial terhadap anggota-anggota
masyarakat untuk menjalankan norma-norma tersebut.
·
Lembaga
Sosial / Pranata Sosial
Soerjono Suekanto menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosial adalah himpunan
dari norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok
di dalam masyarakat.
Institusi bukan saja persetujuan dari pola-pola aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan tetapi merupakan pola-pola yang berhubungan dengan
asosiasi untuk menjalankannya.
Terdapat 6 lembaga sosial yang ada di masyarakat yaitu Lembaga agama,
Lembaga pendidikan, Lembaga Ekonomi, Lembaga politik, Lembaga hukum, Lembaga
keluarga.
·
Kelompok
Sosial
Kelompok social merupakan salah satu perwujudan dari pergaulan hidup atau
kehidupan bersama. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosialyang tiadak
dapat hidup tanpa manusia lain. Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk zoon politicon yaitu manusia adalah manusia karena ketergantungannya.
Bouman juga menyatakan
bahwa manusia baru menjadi manusia setelah manusia hidup dengan manusia
lainnya.
·
Sratifikasi
Sosial
Stratifikasi social merupakan gejala umum yang dalam setiap masyarakat.
Oleh karena itu betapun sederhananya maupun kompleksnya suatu masyarakat,
stratifikasi tetap akan dijumpai.
Stratifikasi
sosial berarti pembedaan yang diberikan
pada mayarakat kedalam hierarki kelas. Bahwa sistem pelapisan dalam
masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang
hidup dengan teratur.(Pitirim A. Sorokin 1984:95)
Secara umum starifikasi
sosial adalah pembedaan masyarakat dalam kelas-kelas secara vertical, yang
diwujudkan dengan adanya tingkatan dalam masyarakat dari yang tingkat tinggi
ketingkatan yang rendah
2.
Proses Sosial
Proses sosial adalah
pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Interaksi
social mengandung makna tentang kontak secara timbal balik atau inter-stimulasi
dan respon antara individu-individu, individu-kelompok, kelompok-kelompok.
Adapun bentuk dari interaksi itu sendiri adalah kerjasama, pertikaian,
persaingan, akomodasi. Dan Soerjono Soekanto menyatakan bahwa pada dasarnya ada
dua bentuk umum dan khusus dalam interaksi sosial yaitu :
·
Bentuk
umum Assosiatif
·
Bentuk umum
Dissosiatif
Menurut
Kimbal Young interaksi sosial dapat berlangsung antara:
Ø Orang –perorangan dengan kelompok atau kelompok
dengan orang-perorangan
Ø Kelompok dengan kelompok
Ø Orang-perorangan
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat
senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal
tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari
hal-hal lainnya. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan materiil dari
pada kehormatan, misalnya, mereka yang lebih banyak mempunyai kekayaan materiil
akan menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
pihak-pihak lain. Gejala tesebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan
pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang
berbeda-beda secara vertical. Dalam stratifikasi sosial ada ukuran atau
kriteria yang biasa dipakai dalam menggolongkan anggota-anggota masyarakat ke
dalam suatu lapisan dan diantaranya adalah; kekayaan, kekuasaan, kehormatan,
ilmu pengetahuan.
Dan tentunya hal ini
yang akan di bahas dalam stratifikasi sosial pada masyarakat perkampunan
nelayan. Kelurahan panjang baru,
disini mayoritas penduduk adalah buruh nelayan dan serabutan,sedangkan untuk
pegawai dan majikan sedikit jumlahnya. Pelapisan sosial pada masyarakat nelayan
ini tergolong pada tingkat ketiga, pada lapisan pertama di duduki oleh para
majikan, majikan terdiri dari para pemilik perahu, dan pada lapisan kedua
ditempati oleh para pegawai negeri atau para perangkat desa maupun tokoh-tokoh
penting, sementara lapisan ketiga ditempati oleh para nelayan.
Nelayan menempati
lapisan ketiga dalam stratifikasi sosial karena dipandang dari tingkat ekonomi
dimana para keluarga nelayan hidup dengan rendahnya perekonomian mereka.
Sebagai buruh nelayan mereka pun hanya mendapatkan upah yang kecil,yang
penghasilan itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Nelayan
juga menempati lapisan ketiga dalam hal pendidikan,karena pendidikan di
masyarakat panjang baru masih rendah. Terjadinya pelapisan masyarakat ini
terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi,
ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama.
Sifat pelapisan sosial
pada masyarakat panjang baru adalah stratifikasi terbuka karena mereka dapat
berpindah kedudukan sesuai dengan apa yang mereka inginkan selama mereka mampu
untuk berpindah lapisan. Namun pada kenyataannya masyarakat panjang baru tetap mengalami kesulitan dalam perpindah lapisan dari bawah ke atas
ini disebabkan karena rendahnya tingkat perekonomian mereka sehingga mereka pun
sulit untuk berpindah lapisan.
B.
Mobilitas Sosial
Pada kampung Panjang
Baru banyak masyarakat yang berprofesi berbeda – beda dan ini sangat
memungkinkan terjadinya mobilitas sosial baik itu mobilitas vertikal maupun
mobilitas horizontal pada masyarakat Panjang Baru. Dan ini terbukti seperti
pada keluarga bapak Raseta yang mana bapak Raseta merupakan lulusan STM dan
berprofesi sebagai nelayan sedangkan kedua anaknya yang hanya lulusan SD dan
berprofesi sebagai buruh pemotong ikan, ini mencerminkan terjadinya mobilitas
vertikal turun intergenerasi yang mana dimaksudkan sebagai perpindahan individu
atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan yang tidak
sederajat. Dalam mobilitas vertikal turun mempunyai 2 bentuk utama :
1) Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang
lebih rendah derajatnya.
2) Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat
berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Pada kampung Panjang
Baru juga terjadi mobilitas horizontal yang mana mobilitas horizontal itu
terjadi apabila seorang individu atau obyek sosial lainnya berpindah dari satu
kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial lainnya yang sederajat dan juga
bisa berupa perpindahan penduduk, dan ini terjadi pada kampung nelayan yang
mana terjadi pemekaran wilayah yang mana wilayah tersebut dibagi menjadi dua
yaitu kampung nelayan Panjang Baru dan kampung Panjang Wetan.
C.
Norma – Norma Sosial
Konsep tentang norma –
norma sosial yang merupakan pedoman atau patokan perilaku itu bersumber dari
nilai – nilai. Menurut Emile Durkheim bahwa norma – norma sosial itu adalah
sesuatu yang berada diluar individu. Membatasi mereka dan mengendalikan tingkah
laku mereka.
Dalam setiap masyarakat pasti terdapat norma – norma sosial didalamnya begitu
juga pada masyarakat Panjang Baru, yang mana terbentuknya norma – norma sosial
pada masyarakat Panjang Baru melalui tahap – tahap yaitu norma tersebut
diketahui, dipahami, ditaati, dan dihargai.
Dalam mensosialisasikan
norma – norma tersebut dengan cara setiap ketua Rt masing – masing wilayah
mengumumkan pada warganya, selain itu ada juga dengan cara memakai undangan
yaitu ketua Rt mengundang setiap kepala keluarga untuk hadir pada saat
pensosialisasikan norma – norma sosial yang bertempat baik di Balai Desa, atau
tempat – tempat yang dianggap strategis. Norma – norma sosial pada masyarakat
Panjang Baru dibentuk oleh masing – masing wilayah baik dari tingkat Rt sampai
Rw berdasarkan apa yang menjadi kebutuhan para warga. Dan proses pembuatan
norma – norma sosial pada masyarkat Panjang Baru berdasarkan musyawarah
tingakat Rt maupun Rw dan tingkat kelurahan tidak berwenang penuh dalam proses
pembuatan norma – norma tersebut akan tetapi hanya memantau saja.
D.
Institusi / Pranata Sosial
Istilah pranata sosial
atau institusi sosial menunjuk pada adanya unsur – unsur yang mengatur perilaku
warga masyarakat. Dalam hal ini koentjaranigrat mengatakan pranta sosial adalah
suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktifitas –
aktifitas untuk memenuhi kompleks – kompleks kebutuhan kusus dalam kehidupan
masyarakat. Definisi diatas lebih menekankan pada sistem tata kelakuan untuk
memenuhi kebutuhan, seperti pada masyarakat Panjang Baru dalam memenuhi
kebutuahan – kebutuahan yang kompleks maka dalam msayarakat Panjang Baru terbentuklah
beberapa pranata – pranata yang terdiri dari pranata keluarga, pranata agama,
pranata pendidikan, pranata politik, serta pranata ekonomi.
Ø Pranata
Keluarga
Pada kampung nelayan
khususnya masyarakat Panjang Baru keluarga – keluarga yang ada disana kebanyakan
masih berasal dari daerah – daerah yang berbeda – beda. Hal ini dikarenakan
banyaknya nelayan – nelayan yang berasal dari daerah lain yang bersinggah di
kampung Panjang Baru baik untuk istirahat ataupun menjual hasil tangkapan ikan
mereka, sehingga secara tidak langsung para nelayan – nelayan itu berinteraksi
langsung dengan warga asli masyarakat Panjang Baru. Dan hal itulah yang
menjadikan terjadinya perinkahan antara penduduk pendatang dengan penduduk asli
masyarkat Panjang Baru sehingga terbentuklah sebuah keluarga.
Dalam pembentukan
keluarga pada masyarakat Panjang Baru terdapat pola – pola yang menjadi dasar
pembentukan keluarga, adapun pola – pola tersebut :
a. Pola Pelamaran
Dalam proses pelamaran
pada masyarkat Panjang Baru, baik pada proses pelamaran pada masyarkat Panjang
Baru itu sendiri ataupun pada masyarakat luar. Proses pelamaran tersebut masih sama dengan tradisi
pelamaran yang ada di Jawa Tengah, yang mana pada proses pelamaran tersebut ada
tahap – tahap tertentu yaitu
v Pihak laki – laki datang kerumah pihak perempuan
untuk melakukan pelamaran dengan didampingi oleh orang tua atau wali.
v Menentukan hari baik untuk dilaksanakan
pernikahan yang dilakukan oleh orang tua dari pihak laki – laki dan pihak
perempuan.
b. Pola Perkawinan
Pada masyarakat Panjang
Baru pola perkawinan yang dilakukan masih menyesuaikan dengan adat asli
masyarakat Panjang Baru walaupun antara pihak laki – laki dan pihak perempuan
berasal dari daerah yang berbeda – beda. Seperti yang terjadi pada keluarga ibu
Daryani yang berasal dari Wiradesa Pekalongan dan suaminya yang bernama bapak
Raseta yang asli penduduk Panjang Baru, walaupun mereka berbeda daerah pola
perkawinan yang digunakan yaitu dengan adat Jawa Tengah.
c. Pola Sistem Kekerabatan
Pola kekerabatan yang
digunakan pada masyarakat Panjang Baru rata – rata masih menggunakan sistem
kekerabatan bilateral yaitu menarik garis keturunan dari ayah maupun dari garis
keturunan ibu. Dalam menentukan tempat tinggalnya biasanya kalau belum punya
rumah sendiri maka mereka masih tetap tinggal dirumah mertua atau tinggal
dirumah istrinya bersama kedua orang tua si istri atau sebaliknya tinggal
dirumah suami bersama kedua orang tua si suami.
d. Pola Pemeliharan Anak
Pada masyarakat Panjang
Baru pola pemeliharaan anak rata – rata masih langsung ditangani oleh kedua
orang tuanya. Terutama oleh ibunya, apabila suami istri sibuk bekerja anak
mereka dititpkan pada neneknya atau orang tua dari suami atau istri.
Ø Pranata
Agama
Pranata agama pada
masyarkat Panjang Baru mayoritas merupakan penganut agama islam yang taat,
selain agama islam di masyrakat Panjang Baru ada juga yang beragama Kristen,
dan agama Hindu. Hal itu terbukti dengan didirikannya tempat ibadah
disekitarnya, seperti masjid, gereja, dan pura – pura. Keanekaragaman agama
tersebut disebabkan oleh banyaknya nelayan - nelayan pendatang yang masuk dan
tinggal menetap diperkampungan Panjang Baru. Pada masyrakat Panjang Baru juga
masih percaya pada mitos – mitos yang masih ada sangkut pautnya dengan laut,
hal ini terbukti dengan diadakannya sedakah laut atau pada masyarakat Panjang
baru disebut Sadranan Nelayan yang menurut tradisi Jawa dilakukan pada bulan
Syuro akan tetapi pada masyarakat Panjang Baru dilaksanakan pada bulan Agustus
karena pada bulan tersebut cuacanya baik dan masyarakat pada umumnya yang
mempunyai perahu – perahu kecilpun ikut turut serta dalam acara Sadranan ini
karena dalam bulan ini dapat dikatakan oleh para nelayan yang ada pada
masyarakat panjang baru ini menganggap sadranan ini adalah acara yang paling
ditunggu – tunggu ssetiap tahunnya sebagai wujud tanda terimakasih kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Yang mana telah melimpahkan segala hasil laut yang melimpah.
Ø Pranata
pendidikan
Dalam masyarakat
panjang baru kurang memperhatikan masalah pedidikan. Bahkan dapat dikatakan
sangat memprihatinkan. Karena berbagai banyak faktor yang melatarbelakangi
diantaranya adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya arti pendidikan. Selain
itu faktor biaya yang kurang untuk membayar sekolah. Meskipun ada juga yang
mempunyai pikiran bahwa anak – anaknya sebenarnya ingin disekolahkan kejenjang
yang lebih tinggi namun pada kenyataanya sangat bertolak belakang dan sangat
jauh dari jangkauan. Pada masyarakat Panjang Baru ini yang mengenyam
pendidikanpun dapat dihitung. Rata – rata pendidikan SMP adalah pendidikan yang
paling tinggi pada masyaraakat Panjang Baru ini. Jika dalam kampung Panjang
Baru ini ada yang berbahasa inggris dan lain sebagainya, itu adalah orang –
orang pendatang dari bebagai daerah yang juga hidup menetap pada kampung Panjang
Baru ini. Meskipun disekitar daerah panjang baru ini ada juga sebuah perguruan
tinggi namun pada kenyataannya orang – orang yang ada pada kampung Panjang Baru
ini tetap kebanyakan memilih untuk menjadi nelayan dan buruh kerja di pasar
ikan karena menurut mereka pekerjaan ini bisa membuat mereka bisa memenuhi
kebutuhan sehari – hari dari pada harus susah – susah bersekolah toh pada
akhirnya tetap tidak bisa untuk melanjutkan sekolah karena faktor biaya. Memang
kemiskinan merupakan menjadi salah satu faktor yang menghambat perkembangan
pendidikan.
Ø Pranata
politik
Pada masyarakat Panjang
Baru ini pembagian dalam pemerintahan sudah sangat baik mulai dari yang keci
sampai yang paling atas, pada kampung Panjang Baru setiap wilayah desa dan
khususnya kampung – kampung ini mempunyai ketua Rt dan Rw. Sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan desa – desa yang ada pada masyarakat biasa. Biasanya ketua
Rt dalam desa ini berkewajiban menyampaikan informasi – informasi dari atas dan
dapat sangat berperan penting untuk mengkondisikan orang – orang yang ada pada
daerah sekitar. Suatu keadaan ini sudah menjadi kesepakatan bersama mulai dari
ketua sampai pada masyarakat sekitar.
Ø Pranata
ekonomi
Pada masyarakat panjang
baru ini mayoritas pekerjaan yang mereka jalani yakni sebagai nelayan akan
tetapi ada juga yang berprofesi sebagai tukang becak, pedagang, dan juga ada
yang menjabat sebagai aparat desa atau pegawai negeri. Masyarakat Panjang Baru
ini kebanyakan masih sangat sederhana, dilihat dari sisi perekonomian,
masyarakat panjang baru ini sangat bergantung pada hasil – hasil dari tangkapan
ikan. Sarana untuk pendukung itu juga sudah memadai seperti dibangunya Tempat
Pelelangan Ikan ( TPI ) yang mana tempat itu juga menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak serta dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar.
E.
Kelompok – Kelompok Sosial
Manusia pada dasarnya
dilahirkan seorang diri,namun pada proses kehidupan selanjutnya manusia
membutuhkan manusia lain disekelilingnya. Dengan begitu manusia harus melakukan
hubungan agar tercipta suatu pergaulan hidup. Maka dari itu kelompok sosial
merupakan salah satu perwujudan dari pergaulan hidup atau hidup bersama. Pada
penelitian dimasyarakat panjang baru kelompok-kelompok sosial yang ada
disana,misalnya kelompok PKK, yang mana kelompok tersebut terdiri dari
ibu-ibu.Selain kelompok itu ada juga kelompok Yasinan / Tahlilan,baik oleh
ibu-ibu atau bapak - bapak yang sering dilaksanakan tiap malam Jum’at. Di
masyarakat panjang baru terdapat organisasi yang sengaja dibentuk oleh masyarakat
nelayan yaitu kerukunan nelayan, organisasi ini bertujuan menjaga kerukunan
antar nelayan.
F.
Interaksi Sosial
Interaksi Sosial
merupakan bentuk umum dari proses sosial karena interaksi sosial merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan
mungkin ada kehidupan bersama. Demikian juga yang terjadi di masyarakat panjang
baru di daerah Pekalongan interaksi sosial disana berjalan dengan baik, baik
itu interaksi antara masyarakat panjang baru itu sendiri maupun dengan
masyarakat luar panjang baru. Dalam hal interaksi sosial dimasyarakat panjang
baru ada kalanya antara individu dengan
kelompok atau sebaliknya, kelompok dengan kelompok dalam hal ini adalah
kelompok nelayan,serta orang perorangan.
Hal diatas merupakan syarat berlangsungnya interaksi sosial sebagaimana yang
telah dinyatakan oleh Kimbal Young, bahwa interaksi sosial dapat berlangsung
antara: (1) orang-perorangan dengan kelompok atau kelompok dengan perorangan, (2)
kelompok dengan kelompok, dan (3) orang-perorangan.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian tentang bagaimana proses dan struktur sosial yang ada pada
masyarakat panjang baru, seperti pada masyarakat jawa pada umumnya. Yang mana
struktur dan proses sosialnya berjalan dengan lancar tidak ada penyimpangan
didalamnya.
B.
SARAN
Kami selaku penyusun
laporan kkl merasa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
laporan, sehingga kami selaku penyusun laporan ini sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bisa membangun dalam penyusunan laporan kkl yang lain dan
selanjutnya.
LAMPIRAN
Gambar
1 : Tampak dosen pembimbing, Bapak Grendy Hendrastomo, M.M (paling kiri) dan
Ibu Puji Lestari, M.Hum (paling kanan), sedang mendampingi para Mahasiswa yang
sedang berinterview dengan Kepala Kelurahan Kampung Panjang Baru dan warga
setempat.
Gambar
2 : Tampak Ibu Puji Lestari, M.Hum selaku Ketua Tim KKL I Pendidikan Sosiologi
2008 memberikan kenang-kenangan kepada Kepala Kelurahan Kampung Panjang Baru.
Gambar
3
: Tampak para dosen pembimbing dan nara sumber sedang menanggapi pertanyaan –
pertanyaan dari para mahasiswa sosiologi.
Gambar
4 : Tampak sebuah masjid yang sedang tahap pembangunan di desa Panjang Baru.
Gambar
5 : Sebagian besar masyarakat panjang baru mempunyai tingkat ekonomi menengah
kebawah, dan terlihat juga bentuk rumah yang kurang teratur dan sangat
sederhana sekali.