Jumat, 17 Agustus 2012
BUDAYA MUDIK
Sekarang ini adalah bulan Ramadhan di setiap akhir bulan Ramadhan ada hari lebaran atau Idul Fitri dimana banyak orang yang ingin melakukan MUDIK atau PULKAM alias pulang kampung...sebenarnya MUDIK itu sudah menjadi budaya bangsa INDONESIA khususnya bagi umat muslim yang ada di INDONESIA atau hanya sekedar kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat pada saat Idul Fitri????
Curhatan Sarjana Muda
Diawali pada saat lulus SMA dimana aku bingung untuk meneruskan kemana lagi..terbesit oleh ku untuk menjadi seorang serdadu untuk mengabdi pada ibu pertiwi. Entah karena bukan jalan ku atau memang aku yang tidak mampu atau karena adanya permainan di dalamnya hingga diri ku gagal tuk menjadi seorang serdadu. Ku lanjutkan lagi perjalanan ku ini menjadi seorang mahasiswa perguruan tinggi, 4 tahun lamanya duduk dibangku kuliah sampai-sampai pantatku sudah seperti bangku kuliah....hehehe..Sudah 4 tahun berlalu kini aku sudah menjadi seorang Sarjana Muda, kebingungan itu menghampiriku kembali harus kemana lagi aku ini????? apakah harus cari kerja atau membuka lapangan pekerjaan????? Untuk sekarang ini mencari kerja dengan titel sebagai Sarjana Muda Spd sangat lah sulit, banyak yang ingin mengabdikan diri pada dunia pendidikan tetapi terbentur dengan adanya sertifikasi guru..dimana banyak guru-guru PNS yang berebut JAM untuk mengajar agar mendapatkan sertifikasi...Sebenarnya apa yang mereka cari UANG ataukah PENGABDIAN yang tulus pada DUNIA PENDIDIKAN...Banyak Sarjana Muda yang mempunyai potensi lebih baik dan bisa memajukan DUNIA PENDIDIKAN akan tetapi banyak dari mereka yang tercampakan, terbuang sia-sia menjadikan mereka sebagai PENGANGGURAN yang BERPENDIDIKAN. Dimana kepedulian PEMERINTAH terhadap para Sarjana Muda ini???????(suara hati dari para SARJANA MUDA)
Rabu, 30 Mei 2012
Aquascape
Stress mikirin skripsi isieng-iseng bikin aquascape bikin pikiran lebih tenang n ngilangin stress jg gara-gara cuma mikirin skripsi doank...yang tadinya ga ada kerjaan sekarang jadi punya kerjaan iseng-iseng bukar pasang tanaman biar dpt view yg oke..
Sabtu, 12 Mei 2012
Aquascape
Aquascape merupakan salah satu seni menghias aquarium menggunakan tanaman hias air, aquascape itu sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu aquascape air tawar dan air laut dan memiliki beberapa gaya tersendiri. Aquascape itu sendiri lebih menonjolkan pada bentuk atau tatanan tanaman di dalam aquarium dan ikan hanya sebagai pelengkapnya saja. Untuk membuat aquascape membutuhkan ketekunan dan keuletan dalam menyusun dan mendesign tanaman di dalam aquarium. Misalnya saja pada aquascape jenis air laut, untuk pembuatannya membutuhkan biaya yang cukup banyak, mahal, dan juga memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Untuk para pemula disarankan untuk membuat aquascape jenis air tawar saja dimana harganya masih relatif sedikit dan tingkat kesulitannyapun tidak terlalu rumit. Dengan uang Rp. 200.000 saja anda bisa membangun aquascape jenis air tawar, dan disesuaikan dengan keinginan anda sendiri.
Dengan uang Rp.200.000 tadi anda sudah bisa membuat aquascape air tawar seperti ini, dengan komponen-komponen di dalamnya seperti tanaman air, kayu, pupuk, batu-batu, pasir putih, dan juga filter. Semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi anda semua.
Minggu, 29 Januari 2012
SILABUS SOSIOLOGI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama
Sekolah : SMA Negeri
Mata Pelajaran :
Sosiologi
Kelas/Semester :
XI / 1
Tahun Ajaran : 2010 / 2011
Waktu : 1 X 15
menit
Standar
Kompetensi :Memahami struktur sosial
serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial.
Kompetensi
Dasar :Mendeskripskan bentuk-bentuk
struktur sosial dalam fenomena kehidupan
Indikator :
Ø Mendefinisikan
pengertian diferensiasi sosial
Ø Mengidentifikasi
ciri-ciri diferensiasi sosial
Ø
Mengidentifikasi bentuk-bentuk deferensiasi
sosial
Pertemuan ke : Dua
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat :
v
Menjelaskan pengertiaan dari diferensiasi sosial
dengan bahasa dan pemahaman mereka masing-masing.
v
Mendeskripsikan ciri-ciri kemajemukan sosial
v
Mendeskripsikan bentuk-bentuk dari diferensiasi
sosial.
v
Menjelaskan bentuk-bentuk diferensiasi sosial
yang terdapat dalam lingkungan sekitar siswa.
B. Materi Pembelajaran
1) Pengertian Diferensiasi Sosial
Deferensiasi sosial adalah klasifikasi atau
penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau satu
jenis. Pengelompokan atau klasifikasi mengenai perbedaan-perbedaan yang ada
pada masyarakat secara horizontal dan tidak bisa secara vertikal, hal ini
dikarenakan tidak adanya golongan dari pemabagian tersebut yang lebih tinggi
dari pada golongan yang lainnya. Walaupun dalam kenyataannya terdapat kelompok
masyarakat tertentu yang menganggap golongannya lebih tinggi dari pada golongan
masyarakat yang lain. Dan ini menimbulkan suatu paham yaitu rasialisme ini
terjadi pada masyarakat Afrika Selatan yang menganggap bahwa golongan warga
masyarakat kulit hitam dan berwarna berada dibawah lapisan golongan masyarakat
kuit putih.
Dalam masyarkat yang beragam atau plural society juga
bisa terjadi pengelompokan horizontal yang berdasarkan pada perbedaan ras,
etnis, klan, dan agama ini biasa disebut dengan istilah kemajemukan sosial.
Sedangkan pengelompokan berdasarkan perbedaan profesi, dan jenis kelamin
disebut dengan heterogenitas sosial.
2) Ciri-ciri Kemajemukan Sosial
Adapun ciri-ciri dari kemajemukan sosial itu sendiri
sebagai berikut :
Ø
Berdasarkan ciri fisik
Diferensiasi itu timbul karena adanya
perbedan ciri-ciri fisik tertentu, misalnya saja warna kulit, bentuk rambut,
bentuk mata, bentuk hidung, dan bentuk rahang dan ini biasa disebut dengan
ciri-ciri fenotip kuntitatif.
Ø
Berdasarkan ciri sosial
Diferensiasi ini muncul karena adanya
perbedaan pekerjan yang menimbulkan perbedaan cara pandang dan pola perilaku
dalam masyarakat dicontohkan seperti peranan, prestise, dan kekuasaan.
Ø
Berdasarkan ciri budaya
Diferensiasi budaya erat kaitannya
dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya,
seperti relgi, sistem kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan misalnya saja
pada pakaian adat, bahasa, kesenian, arsitektur, dan agama.
.
3) Bentuk Diferensiasi Sosial
Kita dapat membagi masyarakat ke dalam enam kriteria
yaitu ras, suku bangsa, klan, agama, profesi dan jenis kelamin adapun
keterangan lebih lanjut sebagai berikut
a) Diferensiasi Ras
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri
fisik bawaan yang sama, dan apabila kita menyebut satu kelompok ras tertentu
pastinya akan mengemukakan ciri fisiknya bukan ciri budayanya. Secara garis
besar manusia dibagi menjadi tiga kelompok ras utama menurut Ralp Linton yaitu
Ø
Ras Mongoloid (berkulit kuning dan coklat)
Ciri-ciri fisik dari ras mongoloid
yaitu kulit berwarna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan
sedikit, dan mata sipit. Ras mongoloid dibagi menjadi dua yaitu ras mongoloid
asia dan mongoloid Indian, ras mongoloid asia terdiri dari subras Tionghoa (
Jepang, Taiwan, dan Vietnam) dan subras melayu (Malaysia, Indonesia, dan
Filipina) sedangkan mongoloid Indian dari orang-orang Indian di Amerika.
Ø
Ras Negroid (berkulit hitam)
Ciri-ciri fisik dari ras Negroid
yaitu rambut kriting, kulit hitam, bibir tebal, dan kelopak mata lurus. Ras
mongoloid dibagi menjadi lima subras yaitu Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro
Oseanis, dan Hotentot-Boysesman.
Ø
Ras Kaukasoid (berkulit putih)
Ras Kaukasoid memiliki ciri-ciri
fisik sebagai berikut hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai coklat
kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Dan terdiri dari lima subras yaitu
Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
Perbedaan-perbedaan yang terjadi antara ras yang satu dengan
ras yang lain disebabkan karena beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu
Ø
Kondisi geografi dan iklim
Orang yang hidup di daerah yang
dingin akan memiliki hidung yang lebih panjang dan menonjol karena akan membantu
mereka untuk memanaskan dan melembabkan udara sebelum masuk ke paru-paru
sedangkan hidung orang tropis cenderung lebih lebar.
Ø
Faktor makanan
Perbedaan jenis makanan akan
menimbulkan variasi-variasi sosok tubuh, orang yang sosok tubuhnya besar
cenderung dapat dijumpai pada daerah yang berhawa dingin seperti pada orang di
bumi belahan utara.
Ø
Faktor perkawinan (Amalgamasi)
Fakor ini terjadi karena adanya
mobilitas masyarakat yang menyebabkan terjadinya perkawinan campuran
(amalgamasi) misalnya saja ras kaukasoid kawin dengan ras negroid cenderung
akan memiliki anak dengan warna kulit putih atau gelap.
b) Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis)
Suku bangsa
merupakan hasil dari proses sistem kekerabatan yang lebih luas, dan masyarakat
dalam kekerabatan ini tetap percaya bahwa mereka memiliki ikatan darah dan
berasal dari nenek moyang yang sama. Dalam hal ini bangsa Indonesia merupakan
suatu bangsa atau Negara yang mempunyai jumlah suku bangsa yang banyak menurut
C.Van Vollen Houven suku bangsa di Indonesia adalah sebanyak 316 suku bangsa
dan sedangkan menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat sekitar 119 suku bangsa.
Adapun pembagian suku bangsa di Indonesia sebagai berikut
Ø
Pulau Sumatera (Aceh, Gayo, Batak, Minangkabau,
Mentawai, Nias)
Ø
Pulau Jawa (Sunda, Jawa, Tengger, Madura,
Betawi)
Ø
Pulau Kalimantan (Dayak, Banjar)
Ø
Pulau Sulawesi (Bugis, Makasar, Mandar,
Minahasa, Gorontalo)
Ø
Kepulauan Nusa Tenggara (Bali, Lombok, Sasak,
Bima)
Ø
Kepulauan Maluku dan Papua (Biak, Dani, Ternate,
Asmat)
Walaupun suku-suku ini tinggal di
tempat atau daerah yang berbeda dan memiki banyak perbedaan tetapi mereka tetap
mempunyai dasar-dasar persamaan yaitu
1.
Dasar kehidupan sosial yang sama berdasarkan asas
kekerabatan (kekeluargaan)
2.
Asas-asas yang sama dalam hal hak atas tanah (hak
kepemilikan tanah)
3.
Asas-asas persamaan dalam hukum adat
4.
Sama-sama memiliki suatu bentuk perserikatan dan bentuk
hubungan yang tidak dibuat tapi terjadi yaitu lembaga adat istiadat penduduk
asli.
c) Deferensiasi Klan
Klan sering
disebut dengan kerabat, keluarga besar, atau keluarga luas (extended family)
dan klan merupakan kesatuan genealogis (kesatuan keturunan), religio magis
(kesatuan kepercayaan) dan tradisi (kesatuan adat). Dalam masyarakat Indonesia
terdapat dua bentuk klan utama yaitu
1.
Klan atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal)
2.
Klan atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal)
d) Deferensiasi Agama
Manusia pada
prinsipnya adalah makhluk yang memiliki rasa kagum terhadap sesuatu yang
dianggap lebih hebat dari dirinya, adanya petir, banjir dan gunung meletus yang
menakutkan membuat manusia menjadi percaya akan kekuatan di luar dirinya
(supranatural) yang bersifat gaib. Berdasarkan pengalaman tersebut akhirnya
manusia memiliki kepercayaan atau agama yang berbeda-beda, dan di Indonesia
juga terdapat beragam agama diantaranya ada Islam,Kristen, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu dan Budha dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat
dan juga masyarakat bisa mempengaruhi agama sehingga tebentuk suatu interaksi
yang dinamis.
e) Deferensiasi Jenis Kelamin
Walaupun tidak
tepat diklasifikasikan atas dasar tingkatan tetapi ini yang terjadi pada
masyarakat tertentu misalnya saja pada masyarakat yang menganut sistem
patrilineal laki-laki menduduki tingkat atau posisi lebih tinggi dari pada
perempuan dan juga berkaitan dengan hak dan kekuasaan, begitu juga pada
masyarakat yang menganut sistem matrilineal
f) Deferensiasi Profesi
Deferensiasi
profesi ini merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan atas jenis pekerjaan
atau profesi yang mereka miliki, dan dalam hal ini yang menjadikan perbedaan
adalah tingkat keterampilan suatu profesi tersebut.
C. Metode Pembelajaran
1.
Kerja Mandiri
2.
Ekplorasi
3.
Permainan
D. Langkah – Langkah Pembelajaran
a) Skenario Pembelajaran
v
Pertemuan
2
Komponen Langkah
|
Uraian Kegiatan
|
Media
|
Metode
|
Alokasi Waktu
|
Pendahuluan
|
|
Presensi siswa
|
3 menit
|
|
Inti
|
|
Power point
|
Ceramah, Tanya
Jawab, Permainan
|
10 menit
|
Penutup
|
|
Tanya Jawab
|
2 menit
|
b)
Sumber
Bahan/ Alat/Media Pembelajaran
Ø Sumber
Bahan
1.
Kun
Maryati dan Juju Suryawati. 2007. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta
: Esis
2. Sokanto, Soerjono. 1983. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta
: Rjawali Press
Ø Alat
1. Spidol
2. Perlengkapan
Permainan
Ø Media/
Bahan
1. Papan
Tulis
2. Buku
c)
Penilaian
No.
|
Nama
|
ASPEK
PENILAIAN
|
Total nilai
|
|||
Sikap
|
Keaktifan
|
Wawasan
|
Kerja sama |
|||
Keterangan : nilai maksimal 20
Yogyakarta
16 Maret 2011
Heru
Susanto, Spd.Sos
Antropologi
A. Pengertian
Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia pada
umumnya dilahirkan seorang diri tetapi manusia adalah mahkluk yang telah
mempunyai naluri untuk hidup dengan manusia – manusia lain, dan itu sudah
menjadi sifat kodrati bagi manusia
untuk menjadi mahluk sosial. Karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa
bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, ini diperkuat oleh
Aristoteles dimana dirinya sudah menganalisis dan mempunyai pendapat bahwa
manusia adalah mahluk zoon politicon
yang artinya manusia mengalami ketergantungannya dan keanggotaannya dalam suatu
lingkungan (polis) tertentu.
B. Ciri-ciri
Umum Kehidupan Kolektif
Ciri-ciri umum kehidupan kolektif manusia
hamper mirip dengan binatang yang hidup kolektif, yaitu:
1.
Pembagian
kerja yang tetap antara berbagai macam sub-keatuan atau golongan individu dalam
kolektif untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup.
2.
Ketergantungan
individu kepada individu lain dalam kolektif sebagai akibat dari pembagian
kerja.
3.
Kerjasama antarindividu yang disebabkan karena sifat
ketergantungan.
4.
Komunikasi
anta-individu yang diperlukan guna melaksanakan kerjasama.
5.
Diskriminasi yang diadakan antara individu-individu
warga kolektif dan individu-individu dari luarnya.
Walaupun demikian masih
ada suatu perbedaan azai yang sangat dasar antara kehidupan kolektif binatang
dan kehidupan kolektif manusia, yaitu bahwa sistem pembagian kerja, aktivitas
kerjasama, serta berkomunikasi dalam kehidupan kolektif binatang bersifat
naluri sedangkan manusia bukan bersifat naluri. Untuk melaksanakan kehidupan kolektifitas manusia menggunakan akal.
C.
Bentuk-bentuk Kehidupan Kolektif Manusia Bersama dengan Manusia yang Lain
Dipandang dari sudut
biologi manusia hanya merupakan suatu macam makhluk diantara lebih dari sejuta
macam makhluk lain, yang pernah atau masih menduduki alam dunia ini. Bersama
dengan beribu-ribu macam makhluk lain, manusia menyusui keturunannya, dan
berdasarkan atas cirri itulah manusia diklaskan bersama makhluk-makhluk lain
tersebut ke dalam satu golongan, yaitu kelas binatang menyusui, atau Mammalia. Dalam klas Mammalia ini terdapat satu sub-golongan
atau suku, yaitu Primat. Dalam suku
ini, semua jenis kera, mulai dari yang kecil sebesar tupai seperti Tansiil, sampai kepada kera-kera besar
seperti gorilla, diklaskan menjadi satu dengan manusia. Memang, sebelumnya
zaman Darwin para ahli biologi telah lama mengobservasi banyaknya persamaan
cirri-ciri antara organism kera dan organism manusia. Suku primat dibagi
menjadi sub-suku yaitu sub-suku Prosimii
dan sub-suku Anthropoid. Oleh para
ahli biologi manusia ditempatkan ke dalam sub-suku Anthropoid, yang dsebaliknya dibagi khusus menjadi tiga infra-suku:
infra-suku Ceboid, infra-suku Cercopithecoid, dan infra-suku Homoid. Infra-suku
Ceboid menggolongkan menjadi satu semua kera, baik yang telah punah maupun yang
masih hidup langsung di daerah tropic di benua Amerika. Infra-suku Cercopitheoid menggolongkan menjadi satu semua
kera, baik yang terlah punah maupun yang masih hidup langsung di daerah tropic
benua Asia dan Afrika. Infra-suku hominoid menggolongkan menjadi satu kera-kera
besar dengan manusia. Infrasuku Hominoid kemudian dibagi lebih khusus lagi ke
dalam dua keluarga, yaitu keluarga Pongidae dan keluarga Hominidae. Keluarga
Pongidae menggolongkan menjadi satu beberapa macam kera besar yang terutama
hidup di daerah di Asia dan Afrika, sedangkan keluarga Hominoidae menggolongkan
menjadi satu manusia purba.
Sedangkan wujud
kehidupan kolektif manusia zaman sekarang ini adlah kolektif-kolektif besar
yang terdiri dari banyak manusia, yang tersebar di muka bumi sebagai
kesatuan-kesatuan manusia yang erat dan yang disebut negara nasional.
Sebaliknya, dalam batas wilayah tiap negara nasional tampak kesatuan-kesatuan
manusia yang lebih khusus yang berbeda satu dengan lain disebabkan karena adat
istiadat dan bahasa suku-bangsa, kadang juga karena agama atau karena kombinasi
dari keduanya. Lebih khusus dalam tiap suku bangsa ada kesatuan-kesatuan hidup
yang lebih khusus lagi, yaitu desa-desa dan kota-kota, sedangkan di dalamnya
manusia yang etrikat dalam kesatuan-kesatuan khusus itu berwujud sebagai
kelompok-kelompok kekerabatan, sedangkan organisasi-organisasi khusus itu berwujud
sebagai misalnya perkumpulan-perkumpulan rekreasi, parpol-parpol,
organisasi-organisasi dagang, badan-badan pendidikan dan lain-lain.
D.
Keterkaitan manusia sebagai mahluk social dalam integrasi
Sedangkan hubungan mahkluk sosial dalam integrasi
masyarakat dimulai dengan
Ø
Struktur sosial
Dalam menganalisa
masyarakat peneliti biasanya merinci kehidupan masyarakat itu kedalam unsur –
unsur yaitu pranata, kedudukan sosial dan peranan sosial, dan konsep struktur
sosial ini pertama kali
dikembangkan oleh seorang ilmuan antropologi dari inggris yang bernama A.R
Radeliff Brown. Dasar pemikiran mengenai struktur sosial sebagai berikut :
a)
Pangkal pusat dari penelitian masyarakat adalah susunan
hubungan antar individu – individu yang menyebabkan adanya berbagai sistem
masyarakat.
b)
Struktur sosial dalam masyarakat mengendalikan tindakan
individu, tetapi tidak langsung tampak dan harus diabstraksikan secara induksi
dalam kehidupan masyarakat yang konkret.
c)
Hubungan interaksi antar individu dalam masyarakat
adalah hal yang konkret yang dapat di observasi dan dapat dicatat
d)
Dengan struktur sosial dapat memahami latar belakang
seluruh kehidupan suatu masyarakat baik hubungan kekekrabatan, perekonomian,
relgi, maupun aktifitas kebudayaan atau pranata lainnya.
e)
Untuk mempelajari struktur sosial suatu masyarakat
dipelukan penelitian di lapangan dengan datang langsung kemasyarakat tersebut.
f)
Struktur sosial dapat juga dipakai sebagai kriterium
untuk menentukan batas – batas dari suatu masyarakat tertentu.
Ø
Analisa Social Structure
Waluapun Radcliffe
Brown telah menguraikan apakah konsep social structure tetapi belum memberikan
petunjuk tentang metodelogi bagaimana harus mengabatraksikan susunan sosial
dari kenyataan kehidupan masyarakat. Metode yang paling umum adalah mencari
kerangka itu dari kehidupan kekerabatan dalam suatu masyarakat kecil dan local.
Kehidupan kekerabatan merupakan suatu sistem yang seringkali bersifat amat
ketat yang mempengaruhi suatu lapangan kehidupan yang sangat luas menyangkut
banyak sektor kehidupan masyarakat. Meneliti sistem kekerabatan dalam suatu
masyarakat serupa dapat memberi pengertian mengenai banyak kelompok dan pranata
sosial lain, demikian juga menganalisa prinsip – prinsip sistem kekerabatan
dalam suatu masyarakat kecil sama dengan menganalisa kerangka dasar dari
seluruh masyarakat.
Ekonomi
Manusia dan Ekonomi
Indonesia
sekarang merupakan satu masyarakat kapitalis yang bersifat setengah jajahan.
Bilur-bilur luka sisa feodalisme pun masih di sekujur tubuhnya. Kapitalisme
neoliberal telah menderas, terutama di era akhir kekuasaan Orde Baru. Dilanjutkan
dengan revolusi damai di era demokrasi liberal sekarang, ada proses up and down
dalam arus putaran sistem perekonomian di setiap kurunnya. Tiap-tiap terjadi
penurunan, senantiasa disertai kebangkitan. Asia mengalami kebangkitan ekonomi
kembali setelah diringkus oleh krisis pada tahun 1997. Meski bersifat parsial,
tanda-tanda pemulihan menyeruak kembali. Sepanjang ekonomi Amerika Serikat
tetap tumbuh dan menyerap ekspor, ekonomi Asia berpeluang untuk mengekspor
‘surplus’ komoditi yang tak terbeli oleh rakyat sendiri. Proses yang sangat
ditolong oleh devaluasi mata uang inilah yang membuat ekspor mereka lebih murah
ketimbang sebelumnya. Kapitalisme sudah merupakan motor perubahan sejarah yang
‘revolusioner’ dalam hamparan global, perubahan ini sekarang ditunjukkan oleh
fenomena globalisasi.
Indonesia kini mirip mozaik yang
sedang menuju berserakan oleh proses semua ini. Persis seorang bocah yang
bersijingkat di tepian ngarai yang tiap-tiap saat siap meremuk eksistensinya.
Tak ada yang lebih tepat dalam membuat lukisan watak ini semua, selain
sebagaimana yang pernah diujarkan oleh Antonio Gramsci (dia sendiri seorang
teoritisi dan praktisi gerakan buruh Italia), bahwa: ‘Manusia hanya berada di
permukaan dangkal peradaban; jika tergores sedikit saja, maka lapisan serigala
dalam dirinya akan muncul dengan cepat. Konflik-konflik tersebut punya akar
pada kepentingan kesejahteraan ekonomi masyarakat sebagai mata air keadilan
sejati mereka. Jika keadilan sejati ini dicederai, maka aus lah segenap ikatan.
Dengan begitu, akar dari segala akar ribut-ribut ini adalah ketidakadilan
ekonomi.
Ketika neoliberalisasi kian
mensenjangkan jarak sosial, rupanya ikatan kelas ikut diluluhlantakkan.
Seterusnya, Kenneth Roberts berkata bahwa artikulasi politik di Amerika Latin
pada periode awal transisi demokrasi tidak mendasarkan diri pada solidaritas
horizontal. Yang terjadi malah pengukuhan ikatan vertikal di mana ikatan dengan
kaum senasibnya malah meluntur. Kita
tahu persis bahwa era transisi di banyak negara berkembang merupakan reaksi
atas berkuasanya era otoriterisme. Kebiasaan politik penguasa otoriter di masa
lalu adalah penyingkiran sektor-sektor rakyat dari ajang politik lengkap dengan
aspirasi mereka yang (umumnya) berbasis, atau sekurangnya, berjargon kepentingan
kelas bawah. Berbarengan dengan itu, kekuasaan otoriter Orde Baru justru
merangkul dan mengkooptasi kelas menengah Indonesia. Kelas menengah ini lalu
dijadikan junior partners dalam sistem politik otoriter maupun ekonomi pasar
(baik yang ortodoks maupun yang terkendali). Ketika demokratisasi tak bisa
dicegah pada 1998, salah satu yang menjadi pengusungnya tak lain adalah
sebagian kelas menengah yang semasa rezim lama (ancient regime) menjadi junior
partners itu.
Sementara kalangan berujar bahwa
modernisasi niscaya akan membuat masyarakat kian urban, terspesialisasi, melek
huruf, terdidik dan serupa itulah. Berkait dengan ini, neoliberalisme ekonomi
ditunjuk sebagai fase terbaru dari modernisasi. Betulkah begitu ? Ketika
modernisasi hanya bisa mendorong tiap-tiap orang bersimpuh pada ‘disiplin
pasar’ (memenuhi kaidah mekanisme penawaran dan permintaan dalam
urusan-urusannya, mulai dari mencari pekerjaan sampai mengurusi kematian), tapi
saat berbarengan tidak membuat mereka melek secara politik (politically iliterate),
akibatnya adalah paradoks ini terjadinya proses derasionalisasi politik di
tengah proses rasionalisasi ekonomi neoliberal.
Nasionalisme merupakan gagasan yang
kompleks, yang melibatkan jaringan antara berbagai rupa loyalitas. Loyalitas
yang dimaksud adalah loyalitas individu sebagai anggota satu masyarakat, yang
dibekali hak dan kewajiban warga negara dalam sebuah kesepakatan timbal balik
dengan negara, serta peranan tiap-tiap orang sebagai produsen dan konsumen
dalam ranah perekonomian. Pada gilirannya, nasionalisme ekonomi ini condong
memanifestasikan dirinya ke dalam dua cara yang saling mengkait;
1) Karena
negara bangsa bergantung pada kekuatan-kekuatan pasar dalam hubungannya dengan
perdagangan internasional, investasi dan keuangan, maka secara alamiah ia condong
beradaptasi dan menyatukan kekuatan-kekuatan pasar eksternal untuk kepentingan-kepentingan
nasionalnya, dan
2) Negara
bangsa, khususnya jika ia merupakan pemain ekonomi internasional yang lemah,
punya kecondongan kian bergantung pada pasar internal ketimbang pada pasar
eksternal.
Dua pilihan tersebut adalah cerminan
bentuk pilihan yang sistematis dalam menghadapi globalisasi. Namun begitu,
pilihan tersebut mensyaratkan adanya koalisi kepentingan aktor-aktor politik
dan ekonomi di dalam negeri.
Strategi Makro: Koalisi Kepentingan
Nasional
Saya
menandai bahwa pilihan-pilihan kebijakan itulah teramat ditentukan oleh koalisi
kepentingan dari para pembuat kebijakan. Baik itu kebijakan yang menyangkut
penjualan asset-asset negara ke tangan asing, kebijakan upah buruh murah dan
serupa itu di satu pihak, maupun kebijakan nasionaliasi pertambangan, reforma
agraria dan sejenisnya di pihak yang berlawanan. Sebagai misal, ketika Evo
Morales di Bolivia atau Hugo Chavez di Venezuela melakukan nasionalisasi atas
asset migas mereka atau ketika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan
untuk mempertahankan kontrak karya Freeport, mereka ini melakukannya tidak di
ruang hampa tubuh faal bangsa mereka masing-masing. Sebagai contoh: koalisi
berdasar gagasan indigenismo di Bolivia memancarkan satu pembelaan terhadap
mayoritas bumiputra Indian yang sudah selama sekitar 500 tahun tak memiliki
akses atas sumber daya alam mereka. Bersama orang-orang inilah, Evo Morales
menggalang koalisi kepentingan bangsa bagi program-program nasionalisasi maupun
juga program revolusi lahannya. Tentu saja dalam kasus lain, kontrak karya
Freeport yang terus dipertahankan bertolak dari kepentingan jenis lain. Yang
pastinya tidak bertolak dari amanat penderitaan suku-suku pribumi Papua atau
Indonesia pada umumnya.
Langganan:
Postingan (Atom)