Minggu, 29 Januari 2012

Laporan KKL Bali Desa Tenganan


BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Tenganan adalah desa yang mempunyai keunikan sendiri di Bali, desa yang terletak cukup terpencil dan terletak di Kabupaten Karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak sekitar 60 km dari pusat kota Denpasar Bali. Desa ini sangat tradisional karena dapat bertahan dari arus perubahan jaman yang sangat cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan   adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik. Ini dikarenakan Masyarakat Tenganan mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan sudah diperbaharui pada Tahun 1842. Desa tenganan mempunyai luas area sekitar 1.500 hektar, ketika tempat wisata – wisata yang lain dibali berkembang pesat seperti Pantai Kuta, Pantai Amed, yang sangat meriah dengan kehadiran Hotel, Pantai, Café, dan kehidupan malamnya.
Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak peduli dengan perubahan jaman dengan tetap bertahan dengan tiga balai desanya yang kusam dan rumah adat yang berderet yang sama persis satu dengan lainnya. Dan tidak hanya itu didesa ini keturunan juga dipertahankan dengan perkawinan antar sesama warga desa. Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan eksotik, walaupun Masyarakat Tenganan menerima masukan dari dunia luar tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan desa adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat Desa Tenganan.
2.      Rumusan Masalah
a)      Apa saja tujuh unsur kebudayaan yang terdapat di desa Tenganan?
b)      Bagaimana perubahan sosial yang ada di masyarakat desa Tenganan?
c)      Dari segi apa saja yang mengalami perubahan sosial?














BAB II
KAJIAN TEORI
v  Etnografi
Mengenai kesatuan budaya suku bangsa di suatu komunitas daerah geografi, ekologi atu wilayah administrative merupakan suatu pokok diskripsi etnografi, biasanya ada unsure-unsur kebudayaan menurut tata urut yang sudah baku, yang kita sebut” Kerangka Etnografi”.[1] Sebuah karangan Etnografi maka di susun menurut Karangka Etnografi yang terdiri bab-bab seperti di bawah ini:[2]
1.      Lokasi dan Demografi
Menguraikan lokasi atau tempat tinggal menjadi poko dalam deskripsi etnografi, yaitu tentang cirri-ciri geografisnya. Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, yaitu data tentang jumlah penduduk.
                                                       I.            Asal Mula dan Sejarah Suku Bngsa
Keterangan mengenai asal mula suku bangsa biasanya harus di cari dengan mengunakan tulisan para ahli prehistoris yang pernah melakukan pengalian dan analisis benda-benda kebudayaan. Dalam metologi, biasanya terdapat dongeng-dongeng yang menceritakan asal-usul suku bangsa.
                                                    II.            Bahasa
Tentang bahasa atau system pelambangan manusia yang lisan maupun tertulis umtuk berkomunikasi suatu engan yang lain, serta member diskripsi cirri-ciri bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasi-variasi dari bahasa tersebut
                                                 III.            System Mata Pencaharian
Dalam system mata pencaharian ahli antropologi menruh perhatiannya tertumpu pada system-sistem yang bersifat tradisional saja. System-sistem tersebut adalah: (1) berburu dan meramu, (2) berternak, (3) bercocok tanam di lading, (4) menangkap ikan, (5) bercocok tanam menetap dengan irigasi.
                                                 IV.            Sistem Teknolgi
Yaitu tantang teknolgi atau cara-cara memproduksi, memakai dan memelihara segala peralatan hidup darai suku bangsa.
                                                    V.            Sistem Religi
Dalam sitem Religi yang menjadi perhatian penting ada dua hal:
a)      Upacara keagamaan dalam kebudayaan suku bangsa merupakan unsure kebudayaan yang tampak paling lahir.
b)      Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan di perlukan untuk menyusun teori tentang asal mula religi.
                                                 VI.            Organisasi Sosial
Dalam kehidupan masyarakat ada aturan-aturan mengenai kehidupan sehari-hari. Kesatuan yang paling dekat adalah system kekerbatan, kemudian ada system yang lebih luas yaitu system pemrintahan desa.
                                              VII.            System Pengetahuan
Para ahli antropologi sepakat bahwa setiap masyrakat, betapa kecilpun pasti tidak mungkin hidup tanpa pengetahuan, baik pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat-sifat dari perlatan yang di pakai.
                                           VIII.            Kesenian
Kesenian merupakan segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan. Cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar: (1) Seni Rupa, yaitu kesenian yang dinikmati dengan mata, (2) Seni Suara, kesenian yang dinikmati manusia denga  telingga.
v  PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial sebagai suatu proses perubahan bentuk yang mencakup keseluruhan aspek kehidupan masyarakat, baik secara alami maupun rekayasa soaial. Membahas tentang teori perubahan sosial August Comte (1798-1857) membagi dalam dua konsep penting, yaitu: Social Static (bangunan structural) dan Social Dynamics (dinamika Struktural). Bangunan structural merupakan hal-hal yang mapan, berupa struktur yang berlaku pada masa tertentu, membahas mengenai strutur sosial yang ada dalam masyarakat. Dan dinamika sosial merupakan hal-hal yang berubah dari suatu waktu ke waktu yang lain, membahas tentang dinamika sosial dari struktur yang berubah dari waktu ke waktu. Perubahan pada dinamika sosial yaitu perubahan sosial yang meliputi bagaimana kecepatan, arah, bentuk, agen (perantara), dan hambatanya.[3]
Ø  Pola perubahan sosial ada dua  macam:[4]
a)      Yang datang dari Negara (state), yaitu perubahan yang dikelola oleh pemerintah berorientasi pada ekonomi garis komando dating dari pusat
b)      Datang dari pasar bebas (free market), perubahan yang campur tangan dari pemerintah sangat sedikit, sehingga pasar bebas lebih dominan.
Bentuk-bentuk perubahan sosial di bedakan kedalam beberapa bentuk:[5]
                                i.            Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan yang lambat biasa di sebut evolusi, perubahan ini memerlukan waktu yang lama. Perubahan ini terjadi karena usaha-usaha masyarkat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang baru. Perubahan cepat atau revolusi, perubahan ini menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan masyrakat dan terjadinya dapat direncanakn terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran kecepatannya perubahan ini bersifat relative, karena dapat memekn waktu lama.
                              ii.            Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Batas-batas perubahan ini relatif, perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh lansung atau berarti bagi masyarakat. Sebaliknya perubahan yang terjadi pada masyarakat agriris menjadi masyarakat industrialisasi misalnya, itu adal perubahan besar karena berpengaru pada masyarakat.
                            iii.            Perubahan yang Dikehendaki dan yang Tidak Dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang diperkirakan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Dan perubahan yang tidak dikehendaki adalah perubahan yang terjadi tanpa kehendak, serta berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-kaibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.
Dalam proses perubahan sosial di sana pasti ada factor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial tersebut, adapun factor-faktornya adalah:
1)      Bertambah atau berkurangnya penduduk
2)      Penemuan-penemuan baru
3)      Pertentangan (conflict) Masyarakat
4)      Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Suatu perubahan sosial dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang bersal dari luar masyarakat  itu sendiri, anatara lain:
·         Sebab-sebab yang bersal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia
·         Peperangan
·         Pengaruh dari kebudayaan masyarakat lain
Dalam proses berjalanya perubahan sosial terdapat juga factor-factor yang mempengaruhinya:
Ø  Kontak dengan kebudayaan lain
Ø  System pendidikan formal yang maju
Ø  Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
Ø  Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang merupakan delik
Ø  System terbuka lapisan masyarakat
Ø  Orientasi ke masa depan
Ø  Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki hidup[6]
v  STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL
Struktur sosial adalah jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu, norma-norma sosial, lembaga sosial, kelompok sosial, dan lapisan sosial.
Raymond Firth, struktur sosial suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi lembaga di dalam mana orang tersebut mengambil bagian[7]
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara segi kehidupan, misal segi kehidupan ekonomi dengan politik, dll. Yang menjadi dasar dari proses sosial adalah interaksi sosial, yaitu kontak secara timbale balik atau inter-stimulasi dan respon antara individu-individu dan kelompok-kelompok. Yang menjadi unsur dasar interaksi sosial adalah adanya kontak dan komunikasi.[8]
Menurut Kimbal Young, syarat terjadinya interaksi sosial adalah:
Ø  Orang-perorangan dengan kelompok atau kelompok dengan orang-perorangan.
Ø  Kelompok dengan kelompok
Ø  Orang-perorangan
Cirri-ciri dari interaksi sosial menurut Charles P. Loomis:
·         Jumlah pelaku lebih dari satu orang
·         Ada komunikasi antar pelaku mengunakan symbol-simbol
·         Ada suatu dimensi waktu, meliputi masa lampau, kini dan akan dating yang menentukan sifat dari aksi yang berlangsung.
·         Ada tujuan-tujuan tertentu.
Sedangkan untuk bentuk-bentuk dari interaksi:  (1) kerja sama, (2) pertikain, (3) persaingan, dan (4) akomodasi.




 BAB III
PEMBAHASAN
v  Data Geografis
Tenganan adalah desa yang terletak cukup terpencil dan terletak di Kabupaten Karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak sekitar 60km dari pusat kota Denpasar Bali. luas wilayah desa Tenganan 917,5 H yang terdiri dari  8% pemukiman 22% saawah dan sisinya berupa tegalan. Desa tenganan mempunyai luas area sekitar 1.500 hektar. Di desa Tenganan data penduduk terdapat 210 kk, 664 penduduk dan 2822 jiwa.
Desa Adat Tenganan Pegringsingan sebuah desa dari masa Bali Kuno atau Bali Aga, yaitu sistem sosial budaya dari masa sebelum masa Majapahit yang dikenal dengan Bali Arya adalah sebuah desa yang berlokasi di suatu lembah yang memanjang dari Selatan sampai Utara di antara Bukit Kangin dan Bukit Kauh di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karang Asem.
v  Tujuh Unsur Kebudayaan
a)      Sistem Mata Pencaharian
Masyarakat di desa Tenganan ini mayoritas sebagai petani, tapi mereka hanya sebagai tuan tanah atau pemilik tanah dan yang mengerjakan atau yang mengurusi sawah mereka orang lain dan biasanya orang itu berasal dari luar desa Tenganan.
b)     Sistem Kepercayaan
Masyarakat desa Tenganan beragama Hindhu Darma yang mana dewa yang di anut adalah sekte Indra. Dimana di desa Tenganan yang menaganut sekte indra ( ibu pertiwi)  maka untuk  proses pemakamannya dengan cara dikubur dengan posisi badan tertelungkup dan telanjang, ini dalam ajaran sekte indra mengambarkan bahwa bayi lahir, mati dan akan kembali ke bumi pertiwi. masyarakat Tenganan melakukan ritual keagamaan setiap hari untuk menjaga kemurnian rohani serta keseimbangan sosial desa. Adapun kegiatan yang paling terkenal dan menjadi pusat perhatian dalam bulan kelima adalah perang pandana mekare-kare (perisai)
c)      Bahasa
Di desa Tenganan bahasa yang mereka gunakan untuk percakapan sehari-hari adalah menggunakan bahasa jawa bali. Bahasa tersebut di bawa dari jawa ke bali pada masa kerajaan Majapahit.
d)     Kesenian
Makar-kare/perang yang bersenjatakan pandan berduri dan tameng rotan sebagai bagian dari ritual di siang hari, kesenian tersebut adalah sebagai penghormatan terhadap dewa yang menjadi kepercayaan di desa Tenganan dan kesenian tentang perang pandan mengambarkan tentang peperangan dewa mereka, dan para gadis berdoa di pura desa pukul 16.00 wita, perang ini di lakukan pada bulan ke lima. Makare-kare Patemu Tengah (atraksi paling ramai), diawali prosesi keliling desa bermain gamelan, tari Rejang dan tari Abwang. Mekare-kare diadakan pukul 11.00 wita yang bisa diikuti semua orang/orang asing dengan poin utama pada karakter gerak tari  dimana tidak ada menang atau kalah. Luka-luka akibat duel ini akan segera sembuh dengan pengobatan tradisional mereka. Acara ini merupakan rangkaian dari ritual dan menyanyikan kidung, penampilan tarian sakral Rejang dan Kris pukul 16.00 wita. Rangkaian prosesi diakhiri tari Rejang dan ritual di subak Daha pada pukul 21.00 wita.
Selain perang pandan, kesenian yang terdapat di desa Tenganan ada upacara “ metrune” upacara ini di lakukan untuk menandakan bahwa perempuan sudah dianggap dewasa tidak hanya secara fisik tetapi juga sifatnya. Dan setelah melakukan upacara ini perempuan tadi boleh melakukan perkawinan.
e)      Organisasi Sosial
Ø  Sistem Kekerabatan
Di masayarakat Tenganan di terdapat jenis-jenis dalam proses kekerabatan, terutama dalam perkawinan.
Adapun jenis – jenis perkawinan yaitu
a.       Kawin pinang, perkawinan ini dilakukan dengan orang tua yang meminang untuk anaknya yang akan menikah
b.      Blegadang, perkawinan ini adalah perkawinan yang di lakukan atas paksaan dari orang tua.
c.       Nganten yaitu perkawinan karena suka sama suka antara laki-laki dengan perempuan.
Ø  Sistem Pemerintahan
Tenganan di pimpin oleh seorang kepala desa bernama I Ketut Wardana, di sana terdapat tiga struktur pemerintahan:
                                                                                            i.            Kerama Desa
Terdiri dari 28 pasang suami istri, masyrakat Tengan yang dapat masuk ke dalam organisasi ini adalah pemuda atau pemudi yang menikah dengan sesame warga Tenganan.
                                                                                          ii.            Bumi Desa
                                                                                        iii.            Kerama Bumi
Yang masuk dalam organisasi ini adalah seluruh masyarakat termasuk yang mengalami cacat fisik. Jabatan Kerama Desa, waktunya dapat dikatakan tidak menentu, dan syarat seseorang lengser dari Kerama Bumi apabila:
·         Meninggal
·         Poligami
·         Salah satu anaknya menikah, keanggotaan kerama desa tidak diperbolehkan ada keanggotaan rangkap dalam satu keluarga. Sehingga apabila salah seorang anaknya menikah dan berkeluarga, sedangkan bapak ibunya merupakan anggota Kerama Desa, maka jabatannya akan lengser dan berubah menjadi “ Bumi Pulangan
f)       Sistem Pengetahuan
Tenganan terdapat Balai panjang atau dalam bahasa jawa di sebut pesantren, itu berfungsi untuk tempat belajar para anak-anak di Tenganan tentang ilmu agama, dan para murid dibina oleh “ MEKEL” dalam bahasa jawa di sebut ustadz ,yaitu keturunan Pak Mangku ( orang yang ahli agama)
Seiring dengan perkembangan zaman, yang tadinya di masyarakat Tenganan hanya mengenal pendidikan di Balai Panjang, di sana sekarang sudah mengenal Pedidikan formal , untuk sekarang ini banyak anak-anak yang sudah menimba ilmu di perguruan-perguruan tinggi baik di bali maupun di jawa, seperti di Jakarta, Yogyakarta, dll.
g)      Sistem Teknologi
1)      Perumahan
Pola permukiman desa Tenganan Pegeringsingan, Karangsasem. Dengan awangan (Ruang Bersama Tradisi Bali Aga), rumah tinggal warga desa tersusun linier dari Utara-Selatan dengan pintu pekarangan/jelanan awang menghadap Barat atau Timur. Untuk memasukinya, mesti melewati awangan yaitu rangkaian halaman depan masing-masing pekarangan rumah tinggal. Awangan ini berundak-undak dengan lapisan batu kali ciri kebudayaan megalitik makin ke Utara makin tinggi. Batas awangan yang satu dengan awangan lainnya yang saling berhadapan adalah selokan air yang disebut boatan. Sedangkan sebagai batas halaman belakang masing-masing pekarangan rumah tinggal juga berupa selokan air selebar 1m - 1,5m yang disebut teba pisan. Jumlah awangan sebagai jalan membujur dari Utara ke Selatan adalah 3 buah yaitu awangan kauh (Barat) yang paling lebar dan berfungsi sebagai awangan utama didirikan paling banyak fasilitas umum (bangunan adat dan bangunan suci), awangan tengah,dan awangan kangin (Timur) (Hidratno).
2)      Pembuatan Kain Gerising atau kain songket.
Tenganan dikenal dengan kain tradisionalnya, Kamben Gringsing, yang memiliki arti “kain menyala” dan “melawan penyakit”. Satu set yang terdiri dari empat kain gringsing bisa memakan waktu delapan tahun untuk proses pembuatannya dan setiap potongnya dapat berharga Rp.32 juta Beberapa jenis kain gringsing bahkan tidak untuk dijual.
v  PERUBAHAN SOSIAL
A.    Perkawinan
 Adat setempat melarang masyarakat luar untuk menikah dengan masyarakat Tenganan. Sampai tahun 1925, pernikahan di Tenganan hanya boleh dilangsungkan dengan sesama masyarakat Tenganan. Akan tetapi, seiring dengan kemajuan zaman, lelaki Tenganan sudah diperbolehkan untuk menikah dengan wanita dari desa lain dengan kasta yang lebih tinggi tanpa harus kehilangan hak untuk tetap tinggal di Tenganan.
B.     Pendidikan
Pendidikan di desa Tenganan pada dulunya proses pendidikannya hanya berada pada Balai Panjang dalam istilah jawa biasa disebut pesantren yang mana dib alai panjang di asuh oleh “MEKEL” atau orang yang pintar dalam agama. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, sekarang ini para masyarakat desa Tenganan sudah banyak yang menempuh pendidikan formal dari SD-Perguruan tinggi, baik di bali maupun di luar bali, seperti di Yogyakarta, Jakarta, malang, dll.
C.    Pemukiman
Pola permukiman desa Tenganan Pegeringsingan, Karangsasem. Dengan awangan (Ruang Bersama Tradisi Bali Aga), rumah tinggal warga desa tersusun linier dari Utara-Selatan dengan pintu pekarangan/jelanan awang menghadap Barat atau Timur. Jumlah awangan sebagai jalan membujur dari Utara ke Selatan adalah 3 buah yaitu awangan kauh (Barat) yang paling lebar dan berfungsi sebagai awangan utama didirikan paling banyak fasilitas umum (bangunan adat dan bangunan suci), awangan tengah,dan awangan kangin (Timur) (Hidratno). Perubahan: dahulunya digunakan untuk menyimpan alat-alat upacara dan pertanian tapi sekarang Awangan digunakan untuk memajang barang dagangan.
Tengan pada masa lalu lebih mengutamakan pada kepentingan spiritual dan kebersamaan, hal tersebut tercermin pada rumah tinggal masyarakat. Sekarang ini sudah mulai bergeser kea rah kepentingan komersial dan pribadi. Dahulu dalam perkarangan masih terdiri beberapa unit bangunan dengan tataletak mengikuti tata nilai Tri Mandala, tetapi pada aktivitas sehari-hari terlihat adanya pengaburan fungsi dari bangunan tersebut. Sekarang ini, pada sebagian perkarangn terjadi perluasan dengan tujuan sebagai tempat menjual barang-barang kerajinan dan dimensi sakralnya sudah mulai hilang.

BAB IV
PENUTUP
·         KESIMPULAN
Dari hasil laporan di atas tentang desa Tenganan pengringsingan, bahwa desa tenganan mempunyai data etnografi yang cukup guna untuk kita dapat mengetahui tentang bagaimana kondisi geografis, data penduduk serta asal usul dari desa Tenganan. Selain mempunyai data Etnografi, guna melengkapinya, desa Tenganan juga mempunyai tujuh unsur kebudayaan, yang terdiri dari system mata pencaharian, bahasa, system pengetahuan, system kepercayaan, system teknologi, organisasi sosial, dan kesenian.
Tenganan terletak di daerah karang Asem , bali. Mayoritas penduduk Tenganan adalah petani. Agama desa tenagan adalah menganut agama hindu dengan sekte dewa indra (ibu pertiwi). Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa bali jawa. Kesenian yang paling terkenal adalah kesenian tentang perang pandan, kesenian tersebut banyak di minati oleh para wisatawan-wisatawan. Dalam system pemerintahan di desa Tenganan di pimpin oleh I Ketut Wardana yang terbagi menjadi tiga struktur yaitu: kerama desa, bumi desa, dan kerama bumi, dan setiap struktu tersebut seseorang ketika akan menjadi mempunyai persaratan tertentu.
·         SARAN
Apabila dalam penyusunan laporan KKL di desa Tenganan ini banyak kekurangan dan kesalahan, kami selaku penulis mohon saran dan bimbingannya agar dalam penyusunan yang akan datang bisa lebih lengkap.








[1] Koentjaraningrat,1980, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru. Hal: 346.
[2] Ibid, Hal: 348
[3] Salim, Agus, 2002, Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Hal: 9-10.
[4] Ibid, Hal : 13.
[5] Soekanto, Soerjono, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal: 269-273.
[6] Ibid,Hal:283-286
[7] Soleman L.Taneke, SH,1984, Struktur dan Proses Sosial Suatu  Pengantar Sosiologi Pembangunan, Jakarta: CV RAJAWALI, Hal: 47
[8] Ibid, Hal:109-112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar