BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Tenganan adalah desa yang mempunyai keunikan sendiri di Bali, desa yang
terletak cukup terpencil dan terletak di Kabupaten Karangasem. Untuk mencapai
desa ini melalui jalan darat dan berjarak sekitar 60 km dari pusat kota Denpasar
Bali. Desa ini sangat tradisional
karena dapat bertahan dari arus perubahan jaman yang sangat cepat dari
teknologi. Walaupun sarana dan prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa
Tenganan ini, tetapi rumah dan adat tetap dipertahankan seperti aslinya
yang tetap eksotik. Ini dikarenakan Masyarakat Tenganan mempunyai peraturan
adat desa yang sangat kuat, yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah
mereka tulis sejak abad 11 dan sudah diperbaharui pada Tahun 1842. Desa tenganan mempunyai luas area sekitar
1.500 hektar, ketika tempat wisata – wisata yang lain dibali berkembang pesat
seperti Pantai Kuta, Pantai Amed, yang sangat meriah dengan kehadiran Hotel,
Pantai, Café, dan kehidupan malamnya.
Desa Tenganan tetap saja berdiri kokoh tidak peduli dengan perubahan
jaman dengan tetap bertahan dengan tiga balai desanya yang kusam dan rumah adat
yang berderet yang sama persis satu dengan lainnya. Dan tidak hanya itu didesa
ini keturunan juga dipertahankan dengan perkawinan antar sesama warga desa.
Oleh karena itu Desa Tenganan tetap tradisional dan eksotik, walaupun
Masyarakat Tenganan menerima masukan dari dunia luar tetapi tetap saja tidak
akan cepat berubah, karena peraturan desa adat /awig-awig mempunyai peranan
yang sangat penting terhadap masyarakat Desa Tenganan.
2. Rumusan Masalah
a) Apa
saja tujuh unsur kebudayaan yang terdapat di desa Tenganan?
b) Bagaimana
perubahan sosial yang ada di masyarakat desa Tenganan?
c) Dari
segi apa saja yang mengalami perubahan sosial?
BAB II
KAJIAN TEORI
v Etnografi
Mengenai kesatuan budaya suku bangsa di suatu komunitas daerah geografi,
ekologi atu wilayah administrative merupakan suatu pokok diskripsi etnografi,
biasanya ada unsure-unsur kebudayaan menurut tata urut yang sudah baku, yang
kita sebut” Kerangka Etnografi”.[1] Sebuah karangan
Etnografi maka di susun menurut Karangka Etnografi yang terdiri bab-bab seperti
di bawah ini:[2]
1. Lokasi
dan Demografi
Menguraikan
lokasi atau tempat tinggal menjadi poko dalam deskripsi etnografi, yaitu
tentang cirri-ciri geografisnya. Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan
data demografi, yaitu data tentang jumlah penduduk.
I.
Asal Mula dan Sejarah Suku Bngsa
Keterangan mengenai asal mula
suku bangsa biasanya harus di cari dengan mengunakan tulisan para ahli
prehistoris yang pernah melakukan pengalian dan analisis benda-benda
kebudayaan. Dalam metologi, biasanya terdapat dongeng-dongeng yang menceritakan
asal-usul suku bangsa.
II.
Bahasa
Tentang
bahasa atau system pelambangan manusia yang lisan maupun tertulis umtuk
berkomunikasi suatu engan yang lain, serta member diskripsi cirri-ciri bahasa
yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasi-variasi dari
bahasa tersebut
III.
System Mata Pencaharian
Dalam system
mata pencaharian ahli antropologi menruh perhatiannya tertumpu pada
system-sistem yang bersifat tradisional saja. System-sistem tersebut adalah:
(1) berburu dan meramu, (2) berternak, (3) bercocok tanam di lading, (4)
menangkap ikan, (5) bercocok tanam menetap dengan irigasi.
IV.
Sistem Teknolgi
Yaitu tantang teknolgi atau
cara-cara memproduksi, memakai dan memelihara segala peralatan hidup darai suku
bangsa.
V.
Sistem Religi
Dalam sitem
Religi yang menjadi perhatian penting ada dua hal:
a)
Upacara keagamaan dalam kebudayaan suku bangsa
merupakan unsure kebudayaan yang tampak paling lahir.
b)
Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan di perlukan
untuk menyusun teori tentang asal mula religi.
VI.
Organisasi Sosial
Dalam
kehidupan masyarakat ada aturan-aturan mengenai kehidupan sehari-hari. Kesatuan
yang paling dekat adalah system kekerbatan, kemudian ada system yang lebih luas
yaitu system pemrintahan desa.
VII.
System Pengetahuan
Para ahli
antropologi sepakat bahwa setiap masyrakat, betapa kecilpun pasti tidak mungkin
hidup tanpa pengetahuan, baik pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan
sifat-sifat dari perlatan yang di pakai.
VIII.
Kesenian
Kesenian
merupakan segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan. Cara kesenian sebagai
ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan
besar: (1) Seni Rupa, yaitu kesenian yang dinikmati dengan mata, (2) Seni
Suara, kesenian yang dinikmati manusia denga
telingga.
v PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial sebagai suatu proses perubahan bentuk yang mencakup
keseluruhan aspek kehidupan masyarakat, baik secara alami maupun rekayasa
soaial. Membahas tentang teori perubahan sosial August Comte (1798-1857)
membagi dalam dua konsep penting, yaitu: Social Static (bangunan
structural) dan Social Dynamics (dinamika Struktural). Bangunan structural
merupakan hal-hal yang mapan, berupa struktur yang berlaku pada masa tertentu,
membahas mengenai strutur sosial yang ada dalam masyarakat. Dan dinamika sosial
merupakan hal-hal yang berubah dari suatu waktu ke waktu yang lain, membahas
tentang dinamika sosial dari struktur yang berubah dari waktu ke waktu.
Perubahan pada dinamika sosial yaitu perubahan sosial yang meliputi bagaimana
kecepatan, arah, bentuk, agen (perantara), dan hambatanya.[3]
Ø Pola
perubahan sosial ada dua macam:[4]
a) Yang
datang dari Negara (state), yaitu
perubahan yang dikelola oleh pemerintah berorientasi pada ekonomi garis komando
dating dari pusat
b) Datang
dari pasar bebas (free market),
perubahan yang campur tangan dari pemerintah sangat sedikit, sehingga pasar
bebas lebih dominan.
Bentuk-bentuk perubahan sosial
di bedakan kedalam beberapa bentuk:[5]
i.
Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan
yang lambat biasa di sebut evolusi, perubahan ini memerlukan waktu yang lama.
Perubahan ini terjadi karena usaha-usaha masyarkat untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan-keadaan yang baru. Perubahan cepat atau revolusi, perubahan ini
menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan masyrakat dan terjadinya dapat
direncanakn terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran kecepatannya perubahan
ini bersifat relative, karena dapat memekn waktu lama.
ii.
Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Batas-batas
perubahan ini relatif, perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada
unsure-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh lansung atau berarti
bagi masyarakat. Sebaliknya perubahan yang terjadi pada masyarakat agriris
menjadi masyarakat industrialisasi misalnya, itu adal perubahan besar karena
berpengaru pada masyarakat.
iii.
Perubahan yang Dikehendaki dan yang Tidak
Dikehendaki
Perubahan
yang dikehendaki merupakan perubahan yang diperkirakan oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Dan perubahan yang tidak
dikehendaki adalah perubahan yang terjadi tanpa kehendak, serta berlangsung
diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-kaibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.
Dalam proses perubahan sosial di sana pasti ada factor-faktor yang
menyebabkan perubahan sosial tersebut, adapun factor-faktornya adalah:
1)
Bertambah atau berkurangnya penduduk
2)
Penemuan-penemuan baru
3)
Pertentangan (conflict) Masyarakat
4)
Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Suatu
perubahan sosial dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang bersal dari luar
masyarakat itu sendiri, anatara lain:
·
Sebab-sebab yang bersal dari lingkungan alam
fisik yang ada di sekitar manusia
·
Peperangan
·
Pengaruh dari kebudayaan masyarakat lain
Dalam proses
berjalanya perubahan sosial terdapat juga factor-factor yang mempengaruhinya:
Ø Kontak
dengan kebudayaan lain
Ø System
pendidikan formal yang maju
Ø Sikap
menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju
Ø Toleransi
terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang merupakan delik
Ø System
terbuka lapisan masyarakat
Ø Orientasi
ke masa depan
Ø Nilai
bahwa manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki hidup[6]
v STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL
Struktur sosial adalah jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok
yaitu, norma-norma sosial, lembaga sosial, kelompok sosial, dan lapisan sosial.
Raymond Firth, struktur sosial suatu pergaulan hidup manusia meliputi
berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi lembaga di
dalam mana orang tersebut mengambil bagian[7]
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara segi kehidupan, misal
segi kehidupan ekonomi dengan politik, dll. Yang menjadi dasar dari proses
sosial adalah interaksi sosial, yaitu kontak secara timbale balik atau
inter-stimulasi dan respon antara individu-individu dan kelompok-kelompok. Yang
menjadi unsur dasar interaksi sosial adalah adanya kontak dan komunikasi.[8]
Menurut Kimbal Young, syarat terjadinya interaksi sosial adalah:
Ø
Orang-perorangan dengan kelompok atau kelompok
dengan orang-perorangan.
Ø
Kelompok dengan kelompok
Ø
Orang-perorangan
Cirri-ciri
dari interaksi sosial menurut Charles P.
Loomis:
·
Jumlah pelaku lebih dari satu orang
·
Ada komunikasi antar pelaku mengunakan
symbol-simbol
·
Ada suatu dimensi waktu, meliputi masa lampau,
kini dan akan dating yang menentukan sifat dari aksi yang berlangsung.
·
Ada tujuan-tujuan tertentu.
Sedangkan untuk bentuk-bentuk dari interaksi: (1) kerja sama, (2) pertikain, (3)
persaingan, dan (4) akomodasi.
BAB III
PEMBAHASAN
v
Data
Geografis
Tenganan adalah desa yang terletak cukup terpencil dan terletak di Kabupaten
Karangasem. Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan berjarak sekitar
60km dari pusat kota Denpasar Bali. luas wilayah desa Tenganan 917,5 H yang terdiri dari 8% pemukiman 22%
saawah dan sisinya berupa tegalan. Desa tenganan mempunyai luas area
sekitar 1.500 hektar. Di desa Tenganan data penduduk terdapat 210 kk, 664
penduduk dan 2822 jiwa.
Desa Adat Tenganan Pegringsingan sebuah desa dari masa Bali
Kuno atau Bali Aga, yaitu sistem sosial budaya dari masa sebelum masa Majapahit
yang dikenal dengan Bali Arya adalah sebuah desa yang berlokasi di suatu lembah
yang memanjang dari Selatan sampai Utara di antara Bukit Kangin dan Bukit Kauh
di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karang Asem.
v Tujuh Unsur Kebudayaan
a)
Sistem Mata Pencaharian
Masyarakat di desa Tenganan
ini mayoritas sebagai petani, tapi mereka hanya sebagai tuan tanah atau pemilik
tanah dan yang mengerjakan atau yang mengurusi sawah mereka orang lain dan
biasanya orang itu berasal dari luar desa Tenganan.
b)
Sistem Kepercayaan
Masyarakat desa Tenganan
beragama Hindhu Darma yang mana dewa yang di anut adalah sekte Indra. Dimana di desa Tenganan yang menaganut sekte indra ( ibu pertiwi) maka untuk proses pemakamannya dengan cara
dikubur dengan posisi badan tertelungkup dan
telanjang, ini dalam ajaran sekte indra mengambarkan bahwa bayi lahir, mati dan
akan kembali ke bumi pertiwi. masyarakat Tenganan melakukan ritual keagamaan
setiap hari untuk menjaga kemurnian rohani serta keseimbangan sosial desa.
Adapun kegiatan yang paling terkenal dan menjadi pusat perhatian dalam bulan
kelima adalah perang pandana mekare-kare (perisai)
c)
Bahasa
Di desa Tenganan bahasa yang mereka gunakan untuk percakapan sehari-hari
adalah menggunakan bahasa jawa bali.
Bahasa tersebut di bawa dari jawa ke bali pada masa kerajaan Majapahit.
d)
Kesenian
Makar-kare/perang yang bersenjatakan pandan berduri dan tameng rotan sebagai bagian dari ritual di siang
hari, kesenian tersebut adalah sebagai penghormatan terhadap dewa yang menjadi
kepercayaan di desa Tenganan dan kesenian tentang perang pandan mengambarkan
tentang peperangan dewa mereka, dan para gadis berdoa di pura desa pukul 16.00
wita, perang ini di lakukan
pada bulan ke lima. Makare-kare
Patemu Tengah (atraksi paling ramai), diawali prosesi keliling desa bermain
gamelan, tari Rejang dan tari Abwang. Mekare-kare diadakan pukul 11.00 wita
yang bisa diikuti semua orang/orang asing dengan poin utama pada karakter gerak
tari dimana
tidak ada menang atau kalah. Luka-luka akibat duel ini akan segera sembuh
dengan pengobatan tradisional mereka. Acara ini merupakan rangkaian dari ritual
dan menyanyikan kidung, penampilan tarian sakral Rejang dan Kris pukul 16.00
wita. Rangkaian prosesi diakhiri tari Rejang dan ritual di subak Daha pada
pukul 21.00 wita.
Selain perang pandan, kesenian yang terdapat di desa Tenganan ada upacara
“ metrune” upacara ini di lakukan
untuk menandakan bahwa perempuan sudah dianggap dewasa tidak hanya secara fisik
tetapi juga sifatnya. Dan setelah melakukan upacara ini perempuan tadi boleh
melakukan perkawinan.
e) Organisasi Sosial
Ø Sistem Kekerabatan
Di
masayarakat Tenganan di terdapat jenis-jenis dalam proses kekerabatan, terutama
dalam perkawinan.
Adapun jenis – jenis perkawinan yaitu
a. Kawin pinang, perkawinan ini
dilakukan dengan orang tua yang meminang untuk anaknya yang akan menikah
b. Blegadang, perkawinan ini adalah
perkawinan yang di lakukan atas paksaan dari orang tua.
c. Nganten yaitu perkawinan karena
suka sama suka antara laki-laki dengan perempuan.
Ø Sistem Pemerintahan
Tenganan di pimpin oleh seorang kepala desa bernama I Ketut Wardana, di sana terdapat tiga struktur pemerintahan:
i.
Kerama Desa
Terdiri dari
28 pasang suami istri, masyrakat Tengan yang dapat masuk ke dalam organisasi
ini adalah pemuda atau pemudi yang menikah dengan sesame warga Tenganan.
ii.
Bumi Desa
iii.
Kerama Bumi
Yang masuk
dalam organisasi ini adalah seluruh masyarakat termasuk yang mengalami cacat
fisik. Jabatan Kerama Desa, waktunya dapat dikatakan tidak menentu, dan syarat
seseorang lengser dari Kerama Bumi apabila:
·
Meninggal
·
Poligami
·
Salah satu anaknya menikah, keanggotaan kerama
desa tidak diperbolehkan ada keanggotaan rangkap dalam satu keluarga. Sehingga
apabila salah seorang anaknya menikah dan berkeluarga, sedangkan bapak ibunya
merupakan anggota Kerama Desa, maka jabatannya akan lengser dan berubah menjadi
“ Bumi Pulangan”
f)
Sistem Pengetahuan
Tenganan terdapat Balai panjang atau dalam bahasa jawa di sebut
pesantren, itu berfungsi untuk tempat belajar para anak-anak di Tenganan
tentang ilmu agama, dan para murid dibina oleh “ MEKEL” dalam bahasa jawa di sebut ustadz ,yaitu keturunan Pak
Mangku ( orang yang ahli agama)
Seiring dengan perkembangan zaman, yang tadinya di masyarakat Tenganan
hanya mengenal pendidikan di Balai Panjang, di sana sekarang sudah mengenal Pedidikan
formal , untuk sekarang ini banyak anak-anak yang sudah menimba ilmu di
perguruan-perguruan tinggi baik di bali maupun di jawa, seperti di Jakarta,
Yogyakarta, dll.
g)
Sistem Teknologi
1)
Perumahan
Pola permukiman desa Tenganan
Pegeringsingan, Karangsasem. Dengan awangan (Ruang Bersama Tradisi Bali Aga), rumah tinggal warga desa
tersusun linier dari Utara-Selatan dengan pintu pekarangan/jelanan awang
menghadap Barat atau Timur. Untuk memasukinya, mesti melewati awangan yaitu rangkaian halaman depan
masing-masing pekarangan rumah tinggal. Awangan
ini berundak-undak dengan lapisan batu kali ciri kebudayaan megalitik makin ke
Utara makin tinggi. Batas awangan yang satu dengan awangan lainnya yang saling
berhadapan adalah selokan air yang disebut boatan. Sedangkan sebagai batas
halaman belakang masing-masing pekarangan rumah tinggal juga berupa selokan air
selebar 1m - 1,5m yang disebut teba pisan. Jumlah awangan sebagai jalan
membujur dari Utara ke Selatan adalah 3 buah yaitu awangan kauh (Barat) yang
paling lebar dan berfungsi sebagai awangan utama didirikan paling banyak
fasilitas umum (bangunan adat dan bangunan suci), awangan tengah,dan awangan
kangin (Timur) (Hidratno).
2) Pembuatan Kain Gerising atau
kain songket.
Tenganan dikenal dengan kain tradisionalnya, Kamben Gringsing, yang
memiliki arti “kain menyala” dan “melawan penyakit”. Satu set yang terdiri dari
empat kain gringsing bisa memakan waktu delapan tahun untuk proses pembuatannya
dan setiap potongnya dapat berharga Rp.32 juta Beberapa jenis kain gringsing
bahkan tidak untuk dijual.
v PERUBAHAN SOSIAL
A.
Perkawinan
Adat setempat melarang masyarakat luar
untuk menikah dengan masyarakat Tenganan. Sampai tahun 1925, pernikahan di
Tenganan hanya boleh dilangsungkan dengan sesama masyarakat Tenganan. Akan
tetapi, seiring dengan kemajuan zaman, lelaki Tenganan sudah diperbolehkan
untuk menikah dengan wanita dari desa lain dengan kasta yang lebih tinggi tanpa
harus kehilangan hak untuk tetap tinggal di Tenganan.
B.
Pendidikan
Pendidikan di desa Tenganan pada dulunya proses pendidikannya hanya
berada pada Balai Panjang dalam istilah jawa biasa disebut pesantren yang mana
dib alai panjang di asuh oleh “MEKEL” atau orang yang pintar dalam agama. Akan
tetapi seiring dengan perkembangan zaman, sekarang ini para masyarakat desa
Tenganan sudah banyak yang menempuh pendidikan formal dari SD-Perguruan tinggi,
baik di bali maupun di luar bali, seperti di Yogyakarta, Jakarta, malang, dll.
C.
Pemukiman
Pola permukiman desa
Tenganan Pegeringsingan, Karangsasem. Dengan awangan (Ruang Bersama Tradisi Bali Aga), rumah tinggal warga desa
tersusun linier dari Utara-Selatan dengan pintu pekarangan/jelanan awang
menghadap Barat atau Timur. Jumlah awangan sebagai jalan membujur dari Utara ke Selatan adalah 3 buah
yaitu awangan kauh (Barat) yang paling lebar dan berfungsi sebagai awangan
utama didirikan paling banyak fasilitas umum (bangunan adat dan bangunan suci),
awangan tengah,dan awangan kangin (Timur) (Hidratno). Perubahan: dahulunya digunakan untuk menyimpan alat-alat upacara dan
pertanian tapi sekarang Awangan digunakan untuk memajang barang dagangan.
Tengan pada masa lalu lebih mengutamakan pada kepentingan spiritual dan
kebersamaan, hal tersebut tercermin pada rumah tinggal masyarakat. Sekarang ini
sudah mulai bergeser kea rah kepentingan komersial dan pribadi. Dahulu dalam
perkarangan masih terdiri beberapa unit bangunan dengan tataletak mengikuti
tata nilai Tri Mandala, tetapi pada aktivitas sehari-hari terlihat adanya
pengaburan fungsi dari bangunan tersebut. Sekarang ini, pada sebagian
perkarangn terjadi perluasan dengan tujuan sebagai tempat menjual barang-barang
kerajinan dan dimensi sakralnya sudah mulai hilang.
BAB IV
PENUTUP
·
KESIMPULAN
Dari hasil laporan di atas tentang desa Tenganan pengringsingan, bahwa
desa tenganan mempunyai data etnografi yang cukup guna untuk kita dapat
mengetahui tentang bagaimana kondisi geografis, data penduduk serta asal usul
dari desa Tenganan. Selain mempunyai data Etnografi, guna melengkapinya, desa
Tenganan juga mempunyai tujuh unsur kebudayaan, yang terdiri dari system mata
pencaharian, bahasa, system pengetahuan, system kepercayaan, system teknologi,
organisasi sosial, dan kesenian.
Tenganan terletak di daerah karang Asem , bali. Mayoritas penduduk
Tenganan adalah petani. Agama desa tenagan adalah menganut agama hindu dengan
sekte dewa indra (ibu pertiwi). Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa bali jawa.
Kesenian yang paling terkenal adalah kesenian tentang perang pandan, kesenian
tersebut banyak di minati oleh para wisatawan-wisatawan. Dalam system
pemerintahan di desa Tenganan di pimpin oleh I Ketut Wardana yang terbagi
menjadi tiga struktur yaitu: kerama desa, bumi desa, dan kerama bumi, dan
setiap struktu tersebut seseorang ketika akan menjadi mempunyai persaratan
tertentu.
·
SARAN
Apabila dalam penyusunan laporan KKL di desa Tenganan ini banyak
kekurangan dan kesalahan, kami selaku penulis mohon saran dan bimbingannya agar
dalam penyusunan yang akan datang bisa lebih lengkap.
[1]
Koentjaraningrat,1980, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta:
Aksara Baru. Hal: 346.
[2]
Ibid, Hal: 348
[3]
Salim, Agus, 2002, Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia,
Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Hal: 9-10.
[4]
Ibid, Hal : 13.
[5]
Soekanto, Soerjono, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal: 269-273.
[6]
Ibid,Hal:283-286
[7]
Soleman L.Taneke, SH,1984, Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan,
Jakarta: CV RAJAWALI, Hal: 47
[8]
Ibid, Hal:109-112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar